Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto : Kemenperin.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto : Kemenperin.

Industri Baja RI Pasok Kebutuhan Produsen Mobil Listrik AS

Husen Miftahudin • 21 Maret 2022 17:49
Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan industri baja Indonesia berhasil mendobrak pasar Amerika Serikat (AS), untuk memenuhi kebutuhan produsen mobil listrik di Negeri Paman Sam tersebut.
 
Hal tersebut dilakukan oleh PT Gunung Raja Paksi Tbk dengan mengekspor ekspor baja struktur sebanyak 700 metrik ton (MT) senilai USD1 juta ke Casa Grande, Arizona, AS. Tepatnya ke perusahaan industri mobil elektrik, Lucid Motors.
 
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri baja menjadi salah satu sektor yang strategis karena berperan penting dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi banyak sektor industri lainnya. Di antaranya adalah sektor konstruksi, alat transportasi, alat berat, elektronik, dan alat pertahanan.

"Melalui penerapan industri 4.0 di Indonesia, industri baja di Tanah Air harus bisa menjadi leader dalam inovasi dan peningkatan kemampuan untuk memenuhi material dasar bagi industri penggunanya. Dengan begitu, bisa memiliki daya saing yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh negeri lain," ujar Agus dalam keterangan tertulis, Senin, 21 Maret 2022.
 
Agus mengemukakan, setelah melewati berbagai gelombang dan varian pandemi covid-19, industri logam dasar berhasil mencatatkan pertumbuhan positif pada kuartal IV-2021 sebesar 11,31 persen atau naik dibanding kuartal sebelumnya yang berada di angka 9,52 persen.
 
"Pertumbuhan sektor ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan industri nasional. Saya memberikan apresiasi kepada seluruh pelaku industri baja di Tanah Air," tuturnya.
 
Agus mengungkapkan kontribusi sektor industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari tiga hal, yakni ekspansi melalui peningkatan investasi, ekspor yang membawa devisa, serta pendalaman struktur industri.
 
Agus berharap semua industri baja dapat segera melakukan pendalaman struktur, berpartisipasi membangun dan memenuhi rantai pasok baja, dari hulu, sehingga menghasilkan bahan baku yang murah dan berkualitas. Pemenuhan produk hulu sebagai bahan baku hingga produk hilir yang tinggi inovasi, harus terpenuhi dalam harmonisasi supply-demand baja nasional.
 
"Untuk itu, pemerintah telah menyusun kebijakan pengembangan industri nasional sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, yang saat ini telah memasuki tahap kedua pada 2020-2024 dengan target kapasitas baja nasional sebesar 17 juta ton," sebut dia.
 
Melalui realisasi investasi yang massif dilakukan oleh sejumlah perusahaan, pemerintah optimistis target peningkatan kapasitas industri baja nasional bisa mencapai 11,9 juta ton. Hal ini juga didukung dengan Proyek Klaster 10 Juta Ton Baja di Cilegon, Banten yang diharapkan membawa multiplier effect, tidak hanya dari sisi tenaga kerja, namun juga tax revenue, dan kontribusi terhadap PDB nasional.
 
"Untuk melakukan ekspor ke Amerika Serikat, dibutuhkan sertifikasi yang memadai. Produk yang dikirim sudah memenuhi sertifikat dari beberapa agensi internasional yang tidak mudah untuk diperoleh," pungkas Agus.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan