"Pembangkit dengan kapasitas 0,5 megawatt (MW) ini menjadi milestone Pertamina Geothermal Energy, dan ini membuka peluang pengembangan PLTP skala kecil lain," kata Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE Tafif Azimudin dalam keterangan tertulis, Jumat, 18 Februari 2022.
Tafif menjelaskan, pembangkit panas bumi ini memanfaatkan uap basah panas bumi dan sisa panas bumi dari PLTP konvensional. Pembangunan PLTP ini dilaksanakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mulai awal 2019, dengan pendanaan Rp45 miliar dari Pemerintah Jerman melalui GeoForschungsZentrum (GFZ) German Research Centre for Geosciences dan Kemenristek Dikti sebesar Rp12 miliar.
Menurutnya, Pertamina Geothermal Energy juga selalu berusaha menjaga lingkungan dan kepentingan masyarakat di sekitar area kerja panas bumi dengan mengupayakan penggunaan lahan secara efisien agar tidak memakan lahan yang besar. Hal itu antara lain dilakukan dengan membangun infrastruktur jalan dan mengembangkan pelestarian satwa dan lingkungan di sekitar wilayah operasional.
Tafif mencontohkan, PGE membangun jalan beraspal sepanjang 30 kilometer di Ulubelu, Lampung. Di wilayah ini, PGE memiliki empat pembangkit dengan kapasitas total 220 MW. "Sebelum ada PLTP, masyarakat dari rumahnya menuju ladang paling cepat memakan waktu setengah hari. Kini, mereka hanya perlu satu jam," urai dia
Ia mengakui, sebagai perusahaan energi yang memiliki jangka waktu operasi yang panjang, PGE tak mungkin menjadi menara gading yang terisolasi dari masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. "Kamojang misalnya, kini sudah memasuki usia operasi 39 tahun. Lahendong diperkirakan masih bisa terus berproduksi sekitar 45 tahun lagi. Kita harus tumbuh bersama masyarakat," tegas Tafif.
Sementara itu, perekayasa BPPT Agus Nurrohim yang ikut terlibat merancang prototipe PLTP Binari menambahkan, GFZ bertanggung jawab atas manufaktur turbin dan generator. Sedangkan pembuatan heat exchanger dan cooling tower dilakukan kontraktor dalam negeri.
"PLTP Binari juga bisa dimanfaatkan untuk potensi panas bumi bertemperatur menengah dan rendah (medium enthalpy dan low enthalpy), yang biasanya berskala kecil," papar Agus.
Sampai akhir 2021, PGE sudah mengoperasikan 21 PLTP di enam area kerja, yakni di Kamojang, Sibayak (Sumatra Utara), Ulubelu, Lahendong, Lumut Balai (Sumatra Selatan), dan Karaha (Jawa Barat). Total kapasitas 21 PLTP itu mencapai 672 MW. Jumlah ini setara dengan 29,51 persen dari kapasitas nasional. Jika ditambah dengan PLTP Joint Operation Contract, kapasitas totalnya bertambah menjadi 82,1 persen kapasitas nasional.
Untuk fokus selanjutnya, PGE akan menyelesaikan proyek PLTP Binary 500 kW di Area Lahendong. Hal yang menarik dari proyek ini adalah penggunaan teknologi binary yang berbeda dengan teknologi konvensional yang selama ini digunakan dalam pembangkit panas bumi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News