Menurutnya, harus ada peningkatan luas tanam dan produktivitas sebagai upaya bersama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor, dan meningkatkan volume ekspor.
Saat ini, beberapa sentra penghasil jagung sudah mencapai target produktivitas sekitar delapan hingga sembilan ton per hektare (ha), walaupun rata-rata produktivitas jagung lokal saat ini masih sekitar 6,4 ton per ha.
“Untuk itu, kami (Kementan) memberikan bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen, serta mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR, dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster," ujar Syahrul usai penanaman jagung sekaligus meresmikan Food Estate, di Desa Umbu Pabal, dikutip keterangan tertulis, Rabu, 23 September 2020.
Peran penting komoditas jagung diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi dan pendapatan petani.
“Alhamdulillah, kinerja ekspor pertanian kita periode Agustus 2020 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 8,6 persen atau naik menjadi Rp36,5 triliun, dibanding periode yang sama pada 2019 yang hanya Rp32,6 triliun. Ini adalah hasil kerja keras kita semua,” ujar Syahrul.
Mentan menjelaskan, bahwa dengan pemasaran yang baik di luar maupun di dalam negeri, khususnya penyediaan bahan baku jagung untuk industri pengolahan, diharapkan akan memberikan nilai yang sangat besar bagi kesejahteraan petani.
“Bukan hanya nilai ekspor. Nilai Tukar Petani (NTP) periode Agustus 2020 juga naik sebesar 100,65 atau meningkat 0,56 persen dibandingkan Juli 2020, yang hanya 100,09,” ujarnya.
Dalam menindaklanjuti kebijakan Mentan Syahrul dalam menggenjot produksi jagung nasional dan pengembangan food estate, Kementan telah mengimplementasikan Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Korporasi (Propaktani).
Korporasi petani diperkuat melalui pola kemitraan dengan berbagai pihak, yakni bank untuk memperoleh fasilitas KUR, asuransi, unit pengelola jasa alat mesin pertanian atau mekanisasi, penyedia benih, pupuk, pestisida, Kostraling (Komando Strategi Penggilingan), industri olahan, pedagang, eksportir, dan lainnya dalam ikatan bisnis yang saling menguntungkan.
"Di NTT, khususnya Kabupaten Sumba Tengah ini, kami akan menggenjot produksi jagung dan tanaman pangan lainnya, hingga kesejahteraan masyarakat dengan pengembangan pertanian berbasis korporasi," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi.
Propaktani terintegrasi on farm dan hilir sampai industri turunan hingga pemasaran. Semua pihak bersinergi membangkitkan pertanian NTT yang lebih maju, mandiri, dan modern.
“ke depan, jagung dari NTT dapat memasok dalam negeri dan bahkan ekspor. Dengan demikian, melalui program korporasi petani jagung ini kesejahteraan masyarakat terus kita tingkatkan,” kata Suwandi.
Bupati Sumba Tengah Paulus SK Limu pada kesempatan itu menyampaikan, bahwa sebagian besar masyarakat Sumba Tengah menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan peternakan .
“Salah satu pilihan cara yang paling rasional untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah dengan secara serius mengembangkan berbagai potensi pertanian, peternakan dan perkebunan,” ungkap Bupati Paul.
Atas potensi dan kondisi topografis yang dimiliki Sumba Tengah, Bupati Paul optimistis gerakkan tanam jagung dan pengembangan food estate dapat berjalan dengan baik.
“Kami berharap, program ini akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Sumba Tengah,” ucap Paulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News