Ilustrasi penerbitan buku. Foto: Unplash
Ilustrasi penerbitan buku. Foto: Unplash

Di Tengah Gempuran Digital, Begini Cara Buku Cetak Tetap Bertahan dan Dicintai Pembaca!

Annisa ayu artanti • 19 Juni 2025 22:26
Jakarta: Di era serba digital seperti sekarang, di mana informasi bisa diakses lewat video pendek, infografik interaktif, hingga konten sekali swipe, bisnis buku cetak ternyata belum benar-benar padam. 
 
Meski tak lagi menjadi primadona di layar gawai, buku fisik masih punya tempat tersendiri di hati pembaca Indonesia.
 
Salah satu pelaku usaha yang membuktikan ketangguhan bisnis buku cetak adalah Yogia Sembiring Meliala, pendiri CV Yrama Widya. 

Ia tak mengikuti arus membangun aplikasi belajar atau platform digital, melainkan percaya bahwa buku cetak tetap relevan dan lebih dari sekadar romantisme masa lalu.
 
“Saya percaya buku cetak tidak akan kehilangan tempat,” ujar Yogia di Jakarta beberapa waktu lalu dikutip, Kamis, 19 Juni 2025.

Strategi bertahan di tengah serbuan digitalisasi

Yogia tak sekadar berteori. Ia melihat langsung kebutuhan nyata akan buku fisik, terutama di luar kota besar. Di banyak daerah, keterbatasan akses internet dan perangkat digital membuat buku cetak tetap jadi tulang punggung pendidikan.
 
Ia memulai usahanya dari nol tanpa modal uang, hanya bermodalkan kepercayaan dari penyedia kertas dan percetakan. Produk awalnya adalah buku soal pelengkap pelajaran. Namun, ketika sekolah-sekolah bertaraf internasional mulai berkembang, Yrama Widya menjadi pionir penerbit buku bilingual di Indonesia.
 
Langkah ini terbukti jadi strategi jitu yang mengangkat nama perusahaannya ke tingkat nasional.

Konsisten menjaga nilai dan relevansi

Meski kini CV Yrama Widya memiliki ratusan karyawan dan jaringan distribusi ke seluruh Indonesia, Yogia tetap memegang prinsip awal: menerbitkan buku yang relevan, mudah diakses, dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama pelajar di pelosok.
 
“Kini, Yrama Widya memiliki ratusan karyawan dan jaringan distribusi di seluruh Indonesia. Tapi semangat dasarnya tetap sama, mendistribusikan pengetahuan secara adil dan berkelanjutan,” ucapnya.
 
Tak berhenti di dunia penerbitan, Yogia juga membangun pertanian dan peternakan di kampung halamannya sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap swasembada pangan.

Adaptasi digital

Meski berakar pada buku cetak, Yrama Widya tak menutup mata terhadap tren digital. Mereka aktif di media sosial, terutama lewat akun Instagram @yramawidya.official yang kini memiliki lebih dari 14 ribu pengikut. Di sana, mereka membagikan informasi buku terbaru, konten edukatif, hingga kegiatan literasi.
 
Langkah ini membuktikan bahwa adaptasi digital bukan berarti meninggalkan akar, melainkan memperkuat eksistensi dengan cara baru.

Buku masih dibaca, dibutuhkan, dan dicintai

Yogia meyakini bahwa buku cetak masih punya masa depan, apalagi dalam ekosistem pendidikan Indonesia yang belum sepenuhnya digital. Buku fisik mungkin tidak viral, tidak muncul di trending topic, tapi kehadirannya nyata.
 
“Ia mungkin tidak berisik di ruang digital, tapi kehadirannya tetap dirasakan,” ucapnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan