Erick memandang Perumnas berpotensi memiliki nasib yang sama yakni mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya. Ia mengatakan selama ini Perumnas mendapatkan penugasan untuk membangun perumahan murah tanpa didukung oleh fasilitas yang memadai saat mengerjakan proyek.
Misalnya, Perumnas juga harus menyelesaikan permasalahan lahan serta infrastruktur pendukung di perumahan tersebut. Namun tidak boleh menjual rumah dengan harga yang tinggi. Padahal, Perumnas harus mengeluarkan kocek lebih untuk menyiapkan fasilitas pendukung tersebut.
"Kita disuruh bangun rumah murah harganya Rp150 juta. Tapi tanahnya kita yang beli, akses jalannya belum nyambung. Ya enggak ketemu (harga bawahnya)," kata Erick, Senin, 30 November 2020.
Perhitungan tersebut tentunya membuat Perumnas kerap tidak memperoleh keuntungan dalam menjalankan bisnisnya. Sebab diakui Erick, Perumnas bahkan tekor dan sering mengandalkan utang untuk menombok selisih tersebut.
"Makanya kita enggak mau Perumnas jadi Jiwasraya baru karena selalu nombok. Dia hanya andalkan utang terus, padahal titik bawahnya enggak ketemu," ujar Erick.
Maka dari itu, untuk memperbaiki bisnis model Perumnas, pihaknya pun telah menjelaskan persoalan ini pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Alhamdulillah rapat dengan PUPR mereka melihat di titik yang sama, kalau titik ini dibangun, ya tanahnya dikasih dari pemerintah, jalannya dibukain, kita yang bangun jadi harganya murah," jelas Erick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News