Ilustrasi Gedung PT Pertamina (Persero) - - Foto: Setkab
Ilustrasi Gedung PT Pertamina (Persero) - - Foto: Setkab

Hingga 2024, Pertamina Butuh Modal USD92 Miliar

Suci Sedya Utami • 04 Maret 2021 14:57
Jakarta: PT Pertamina (Persero) membutuhkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD92 miliar atau setara Rp1.334 triliun (asumsi kurs Rp14.500/USD) hingga 2024. Besaran tersebut akan digunakan dalam mendanai proyek-proyek yang digarap perseroan.
 
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan dari kebutuhan dana tersebut, kas internal Pertamina hanya mampu mengcover 38 persen. Sisanya, Pertamina butuh sokongan dana dari kerjasama maupun skema investasi dan pinjaman.
 
Untuk underlying project terbuka bisa didanai dari Sovereign Wealth Fund (SWF) melalui Indonesia Investment Authority (INA) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI), jaminan dari Sarana Multi Infrastruktur (SMI), perbankan, hingga global bond.

"Hingga 2024 ini total capex kita kurang lebih USD92 miliar. Ini tentunya kalau melakukan sendiri kita over-stress. Jadi kita harapkan dari sisi capital financing apakah dari bank, multilateral kemudian dari SWF dan juga SMI serta sumber lainnya," kata Emma dalam webinar Prospek BUMN 2021 sebagai Lokomotif PEN dan SWF, Kamis, 4 Maret 2021.
 
Setidaknya ada 300 proyek yang digarap Pertamina, 14 di antaranya merupakan proyek strategis nasional. Proyek-proyek tersebut terdiri dari hulu (upstream), midstream, hingga downstream atau hilir.
 
Menurut Emma, mayoritas investasi perseroan dialokasikan untuk proyek-proyek hulu. Hingga 2024, alokasi modal untuk bisnis hulu sebesar USD64 miliar. Kendati adanya shifting energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan namun konsumsi dan kebutuhan dalam negeri atas fossil fuel masih akan terus tumbuh sampai 2030.
 
"Kami memang masih mengalokasikan untuk sisi hulu. Karena memang butuh investasi yang tidak sedikit. Sampai 2024 nanti kami butuh USD64 miliar untuk di hulu," ujar Emma.
 
Emma merinci dari USD64 miliar, sebesar USD45 miliar akan dialokasikan untuk aksi korporasi di sisi hulu seperti merger lapangan migas ataupun akuisisi lapangan lapangan produktif untuk menambah produksi Pertamina.
 
Kemudian sebesar USD14 miliar dianggarkan untuk bisa mempertahankan produksi lapangan lapangan migas yang dikelola Pertamina. Sedangkan USD5 miliar akan dialokasikan untuk maintenance infrastruktur di hilir.
 
Sementara itu, untuk sektor midstream dan hilir investasi yang dialokasikan sebesar USD20 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai lima proyek kilang Pertamina yang terintegrasi dengan kilang petrokimia. Proyek ini membutuhkan modal USD18 miliar.
 
Sedangkan di sektor hilir kata Emma Pertamina butuh USD2 miliar. Dana ini digunakan Pertamina untuk pengembangan fasilitas distribusi dan juga pembangunan infrastruktur BBM dan LPG.
 
"Khususnya untuk pembangunan terminal BBM dan LPG di Indonesia Timur. Ini perlu dilakukan untuk bisa menekan distribution cost yang cukup besar selama ini. Dengan adanya depot-depot di Indonesia Timur pemerataan akses energi juga bisa diperluas," jelas Emma.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan