Aksi korporasi tersebut sesuai dengan Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
"Seperti diketahui, kondisi perekonomian global mengalami tekanan yang disebabkan oleh kekhawatiran resesi yang terjadi di Amerika Serikat. Hal tersebut berdampak pada pasar modal secara keseluruhan termasuk saham Mitratel," ungkap Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dikutip dari keterangan resminya, Kamis, 2 Juni 2022.
Adapun rencana buyback diyakini tidak mempengaruhi kondisi keuangan perseroan, baik pendapatan maupun biaya operasional secara signifikan. Sampai saat ini cash flow perseroan sangat memadai untuk membiayai buyback dan kegiatan usaha sesuai rencana bisnis Mitratel.
"Dalam melakukan aksi korporasi ini, perseroan juga terus melihat kondisi pasar dan juga kondisi makroekonomi untuk memastikan bahwa buyback saham ini dapat berjalan dengan optimal dan berdampak positif bagi seluruh stakeholders perseroan," paparnya.
Menurutnya, buyback saham merupakan komitmen manajemen Mitratel dalam rangka peningkatan nilai bagi para pemegang saham. "Manajemen memandang bahwa harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perseroan secara keseluruhan," ungkap dia.
Adapun kinerja Mitratel pada periode kuartal I-2022 menorehkan pencapaian yang sangat baik. Laba perseroan pada periode laporan tercatat sebesar Rp459,40 miliar atau naik sebanyak 33,86 persen dibandingkan laba tahun berjalan di kuartal I-2021 sebesar Rp343,19 miliar.
Kenaikan laba ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan perseroan menjadi Rp1,87 triliun di kuartal I-2022 atau meningkat 21,45 persen dibandingkan dengan pendapatan pada kuartal I-2021 sebesar Rp1,53 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News