"Kami mendukung IKM untuk mengambil langkah ini karena selain dapat memproduksi produk-produk dengan kualitas bagus, kuantitasnya juga terkejar dan meningkat pesat," ujar Agus dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 1 Juni 2021.
Saat ini Kemenperin mendorong agar IKM yang perlu direstrukturisasi mesin dan peralatannya, dapat memprioritaskan penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam negeri. Menurut Agus, banyak keuntungan bagi berbagai pihak dengan penggunaan mesin produksi dalam negeri.
Pertama, sebut dia, agar semua nilai tambah industri tetap berada di Indonesia. Kedua, teknologi mesin IKM tidak terlalu sulit untuk dikembangkan di Indonesia dan harganya juga terjangkau.
"Ini sekaligus dapat mendorong kemandirian di subsektor permesinan untuk mendukung IKM kita. Kebanggaan akan kemandirian bukan hanya dari produk, melainkan juga proses produksinya juga harus mandiri, termasuk peralatan-peralatannya," papar Agus.
Untuk itu, ia menyampaikan rencana mendata kebutuhan dan jenis-jenis mesin yang digunakan IKM untuk kemudian melakukan link and match dengan perusahaan dalam negeri yang memproduksi mesin dan peralatan.
"Dengan demikian, kebutuhan mesin-mesin yang digunakan oleh IKM di seluruh Indonesia dapat diproduksi di dalam negeri," tegasnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan pihaknya melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui bimbingan teknis, pengembangan teknologi melalui fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan, serta fasilitasi transformasi menuju industri 4.0.
"Selain itu, fasilitasi legalisasi seperti Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan izin edar, serta fasilitasi pemasaran digital melalui program e-Smart IKM, dan juga pameran virtual IKM kosmetik dan produk spa," tambah Gati.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020, kinerja industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik) mengalami pertumbuhan sebesar 9,39 persen. Bahkan, di tengah pandemi covid-19, kelompok manufaktur ini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB sebesar 1,92 persen dengan nilai ekspor mencapai USD1,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News