Industri Kecil Menengah (IKM) kosmetik dan produk herbal dinilai perlu lebih banyak menggunakan bahan ramah lingkungan terutama pada kemasannya. Foto: Antara/Yusran.
Industri Kecil Menengah (IKM) kosmetik dan produk herbal dinilai perlu lebih banyak menggunakan bahan ramah lingkungan terutama pada kemasannya. Foto: Antara/Yusran.

Kemenperin Dorong Kemasan Produk Kosmetik Berbahan Ramah Lingkungan

Ilham wibowo • 14 September 2020 16:22
Jakarta: Industri Kecil Menengah (IKM) kosmetik dan produk herbal dinilai perlu lebih banyak menggunakan bahan ramah lingkungan terutama pada kemasannya. Sebab, sektor ini diperkirakan bakal terus tumbuh seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap produk.
 
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung pengembangan desain pengemasan. Pelaku IKM perlu menyiapkan diri dengan bekal pengetahuan tentang cara produksi dan pengemasan yang baik sehingga menghasilkan produk yang aman, bermutu dan berkualitas, serta memenuhi standar untuk dipasarkan.
 
“Tren kemasan untuk produk kosmetik dan produk herbal saat ini mulai berkembang menjadi ramah lingkungan, seperti menggabungkan tutup kemasan natural atau tidak berwarna, tutup kemasan dari bambu, serta plastik daur ulang berkualitas tinggi,” kata Gati melalui keterangan tertulisnya, Senin, 14 September 2020.

Kemenperin mencatat dari 797 sebanyak 95 persen di antaranya merupakan sektor IKM. Pendampingan masih perlu diperkuat seiring dengan meningkatnya industrialisasi yang telah melangkah ke era industri 4.0.
 
“Banyak produsen kosmetik dan produk herbal mulai memperhatikan masalah perlindungan lingkungan, dan juga mempertimbangkan perlindungan lingkungan saat memilih bahan kemasan kosmetik,” imbuh Gati.
 
Berdasarkan data dari Indonesia Packaging Federation (2020), kinerja industri kemasan di Indonesia diproyeksi tumbuh dengan kisaran 6 persen pada 2020 dari nilai realisasi tahun lalu sebesar Rp98,8 triliun. Ditinjau dari materialnya, kemasan yang beredar sebesar 44 persen dalam bentuk kemasan flexible, 28 persen kemasan paperboard, dan 14 persen kemasan rigid plastic.
 
“Proporsi ini diyakini akan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya, didorong oleh pesatnya peningkatan pasar digital yang membuat mobilitas produk semakin tinggi,” sebut Gati.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan