Pemanfaatan EBT sebagai bahan bakar pembangkit listrik akan dipercepat. Bahkan akan lebih masif lagi, karena setelah seluruh Program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan 35 ribu megawatt (MW) atau 35 Giga Watt (GW) selesai, pembangkit yang harus dibangun hanya pembangkit EBT.
"Nanti jika seluruh pembangkit proyek 35 ribu MW selesai dibangun, selanjutnya pembangkit-pembangkit yang akan dibangun seluruhnya akan menggunakan energi terbarukan," ujar Arifin seperti dilansir dari laman resmi Kementerian ESDM, Sabtu, 7 Maret 2020.
Menurut data, dalam lima tahun terakhir kapasitas pembangkit listrik Indonesia mengalami kenaikan hampir 15 GW menjadi 69,6 GW dari 54,7 GW. Jumlah tersebut komposisi yang menggunakan EBT saat ini berada di sekitar angka 10,3 GW atau sekitar 14,8 persen.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih mendominasi kapasitas pembangkit nasional saat ini, yaitu sebesar 34,7 GW atau sebesar 49,9 persen, disusul dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG/GU/MG) sebesar 19,9 GW atau sekitar 28,6 persen, pembangkit berbasis EBT sebesar 10,3 GW atau sekitar 14,8 persen serta PLTD sebesar 4,6 GW atau sekitar 6,7 persen.
Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik mencapai 27,28 GW dalam lima tahun ke depan. Ini berarti total kapasitas pembangkit listrik Indonesia hingga 2024 mencapai 96,98 GW terdiri dari pembangkit fosil sebesar 18,28 GW (67 persen) dan pembangkit EBT sebesar 9,05 GW (33 persen).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News