"Saya kira ini hal yang sangat positif di tengah sektor-sektor lainnya tumbuh negatif meskipun belum normal sepenuhnya," ujar Tauhid, dikutip keterangan tertulis, Sabtu, 7 November 2020.
Tauhid mengatakan, semua capian positif ini jika dilihat secara tahunan (y on y) maupun secara kuartalan (q to q) selalu didukung oleh banyaknya permintaan kebutuhan pada komoditas hortikultura dan perkebunan, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.
"Sektor pertanian selalu didukung permintaan yang lebih stabil. Terutama pada komoditas hortikultura dan perkebunan, baik pasar dalam negeri maupun ekspor," ujarnya.
Meski demikian, Tauhid meminta agar pemerintah segera membenahi dan memperbaiki kondisi kontraksi pada sub sektor peternakan dan perikanan yang turun akibat melemahnya permintaan sektor hotel, restoran, dan rumah makan.
"Yang jelas perlu upaya kerja keras lagi mengingat triwulan II- 2020 pertumbuhan tahunan sudah 2,19 persen. Kontribusi, khususnya dari subsektor tanaman pangan yang meskipun tetap positif di tengah panen raya kedua tanaman padi, namun mengalami gejala penurunan permintaan seiring melemahnya daya beli," kata Tauhid.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri menyampaikan, kegiatan panen raya padi kedua yang masih berlangsung di sejumlah daerah merupakan kontribusi utama atas tumbuhnya sektor pertanian di kuartal III-2020.
Selain itu, ada juga pertumbuhan pada subsektor hortikultura yang dibarengi dengan peningkatan permintaan buah dan sayur.
"Dari perkebunan ada komoditas kakao, karet, cengkeh, tembakau yang berkontribusi. Pertumbuhan ini juga dipicu oleh serapan KUR Pertanian yang terus berjalan dengan baik," kata Kuntoro.
Di samping itu, lanjut Kuntoro, BPS juga mencatat bahwa nilai ekspor pertanian pada periode Januari-September 2020 mencapai USD2,82 miliar, atau meningkat sebesar 9,7 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, senilai USD2,57 miliar.
"Untuk nilai ekspor olahan pertanian pada periode yang sama juga meningkat sebesar USD18,47 miliar, atau 5,97 persen jika dibanding tahun lalu yang hanya USD17,43 miliar," katanya.
Kuntoro mengatakan, peningkatan yang terjadi juga memiliki dampak besar pada naikknya Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Juni-September. Masing-masing sebesar 101,66 dan 101,74, di mana angka keduanya lebih besar dari 100.
Dengan angka tersebut, Kuntoro memastikan bahwa Kementan mampu memenuhi kebutuhan beras hingga akhir tahun mendatang. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah produksi beras Januari-September 2020 yang mencapai 26,06 juta ton.
"Produksi beras berdasarkan rilis BPS, diperkirakan akan mencapai 31,63 juta ton atau meningkat lebih dari 1 persen hingga akhir Desember 2020. Jika dibanding tahun sebelumnya. Dengan angka produksi tersebut maka akan ada stok di akhir tahun sebesar 7,4 juta ton," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News