Dengan tambahan pasokan gas dari Blok Mahakam ini, biaya operasi Kilang Balikpapan akan turun hingga USD12 juta per tahun (dengan asumsi pemenuhan kebutuhan gas 47 MMSCFD), serta biaya untuk bahan bakar dan flare turun USD3 juta per tahun. PHM pun diuntungkan karena mendapat harga penjualan gas domestik yang lebih baik.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani mengatakan kontribusi proyek ini akan bermanfaat dalam menjaga keandalan sistem distribusi gas dan turut mendukung penyerapan gas. Proyek tersebut akan meningkatkan konektivitas distribusi gas dari produsen ke konsumen.
"Proyek ini dalam jangka panjang akan meningkatkan keandalan sistem distribusi gas secara nasional dan akan mendukung pengembangan lapangan gas yang ada di wilayah Kalimantan Timur dan sekitarnya, serta memberikan kontribusi dalam mewujudkan target 12 BSCFD di 2030,” kata Fatar dalam keterangan resmi, Sabtu, 27 Februari 2021.
Sementara itu, General Manager PHM Agus Amperianto mengatakan keberhasilan proyek ini merupakan perwujudan sinergi antarunit usaha di PT Pertamina (Persero) serta koordinasi dengan SKK Migas.
"Wilayah Kerja Mahakam kini berkontribusi pada penyediaan pasokan gas bagi Kilang Pertamina RU V Balikpapan, hal ini akan semakin menguatkan kedudukan Pertamina secara upstream maupun downstream untuk memenuhi pasokan energi nasional," kata Agus.
Melalui proyek ini, gas dialirkan dari anjungan Jempang Metulang 1 (JM-1) yang dioperasikan oleh PHM, menuju ke anjungan Sepinggan-P (SPG-P) yang dioperasikan oleh PHKT, menggunakan pipa penyalur 10 inchi sepanjang 6,5 km dan fasilitas penerima dengan kapasitas maksimum 28 juta standar kaki kubik (MMSCFD). Kemudian diteruskan ke Kilang Balikpapan.
Proyek SMGS to RU V merupakan sebuah strategi untuk memenuhi kebutuhan gas Kilang Balikpapan dengan PHM dan PHKT akan memasok kebutuhan gas sebesar 50 MMSCFD mulai Januari 2021. Proyek ini adalah penugasan pertama untuk PHM setelah alih kelola Blok Mahakam pada 2018. Meski terdapat berbagai tantangan, pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dalam tempo 15 bulan sejak tanggal final investment decision (FID) 25 Oktober 2019, dan hanya 21 bulan sejak persetujuan rencana pengembangan (plan of development/POD) pada 26 Maret 2019.
Dalam pelaksanaannya, proyek ini menghasilkan efisiensi senilai hampir USD2 juta yakni hanya menghabiskan USD25,1 juta, dari anggaran yang telah disetujui (AFE) sebesar USD27 juta. Dari aspek HSSE, proyek berlangsung aman dan terkendali, tanpa kecelakaan kerja serta tanpa kasus covid-19. Jam kerja yang dihabiskan mencapai lebih dari 600 ribu manhours, dengan melibatkan 550 tenaga kerja nasional dan 16 armada kapal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News