Hal itu, tambahnya, karena besarnya cadangan nikel Tanah Air yang merupakan bahan utama dalam produksi baterai. Menurutnya pemerintah dan BUMN bisa memanfaatkan potensi nikel untuk kepentingan dalam negeri yang salah satunya pembuatan baterai kendaraan listrik.
"Jadi Indonesia ikut dalam menciptakan ekosistem kendaraan listrik. Nah, Kementerian BUMN dan perusahaan-perusahaan BUMN energi harus bisa memanfaatkan momentum tren transisi energi ini," kata Rudi, dilansir dari keterangan tertulisnya, Selasa, 22 November 2022.
Dengan berperan menjadi pemain utama dalam pengembangan industri kendaraan listrik maka akan memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Selain itu, tren penggunaan kendaraan yang ramah lingkungan dapat menekan impor bahan bakar minyak dan efisiensi bahan bakar yang selama ini menguras APBN untuk pemenuhan kebutuhan subsidi.
Baca: IDF 2022 Jaring Strategi Transformasi Ekonomi Indonesia untuk 2045 |
Selama ini, tambahnya, sebagian besar uang negara dikeluarkan untuk kebutuhan subsidi BBM. Tapi nantinya dengan masyarakat menggunakan kendaraan listrik dan transisi ke bahan bakar yang ramah lingkungan tentu akan mengurangi anggaran subsidi BBM.
"Kalau Indonesia bisa memaksimalkan sumber daya nikel itu, bukan cuma untuk kebutuhan dalam negeri, tapi juga bisa ekspor baterai kendaraan listrik ke dunia. Ini juga kan dampaknya ke penerimaan negara," ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN bersama empat BUMN sektor pertambangan dan energi, yakni Holding Industri Pertambangan (MIND ID), PT Antam Tbk, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) telah mendirikan PT Industri Baterai Indonesia/Indonesia Battery Corporation (IBC) di kuartal pertama 2021 lalu.
IBC diamanahkan untuk fokus pada pengelolaan ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir untuk memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News