"Perubahan status pandemi covid-19 menjadi endemi, seperti penyakit influenza menyebabkan urgensi pengembangan vaksin menjadi tidak signifikan, ditambah suplai vaksin di Indonesia telah mencukupi," kata Direktur Kalbe Farma Sie Djohan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 17 Maret 2022.
Ia menjelaskan rencana perubahan status pandemi covid-19 menjadi endemi dan telah tersedianya suplai vaksin covid-19 yang dipergunakan untuk vaksin primer atau booster, membuat kebutuhan vaksin baru tidak dirasakan signifikan lagi.
Namun, lanjutnya, Kalbe Farma akan tetap memanfaatkan teknologi DNA untuk pengembangan vaksin lain sesuai dengan kebutuhan, misalnya untuk onkologi.
“Namun demikian kami terus berinovasi untuk mengembangan teknologi DNA vaksin ini menjadi vaksin lain di luar covid-19 misalnya untuk onkologi," jelasnya.
Direktur Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata menambahkan penghentian proses pengembangan vaksin covid-19 ini merupakan strategi perusahaan. Menurutnya keputusan ini tidak berpengaruh secara material bagi bisnis perusahaan, karena sejak awal kontribusi bisnis vaksin GX-19 belum diperhitungkan ke dalam target pendapatan perusahaan.
"Biaya yang telah dikeluarkan untuk proses uji klinik fase 2b/3 juga tidak material dan tidak mempengaruhi keuangan perusahaan," pungkas Bernadus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News