"Setiap tahunnya industri manufaktur membutuhkan 682 ribu orang pekerja baru, namun sayangnya hal itu belum sepenuhnya dapat dipenuhi," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Padang, dilansir Antara, Senin, 4 September 2023.
Dia menjelaskan, tidak terpenuhinya pekerja untuk industri manufaktur lantaran ketidakcocokan antara kompetensi lulusan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha yang tersedia atau membutuhkan.
Baca juga: Mantap! Industri Manufaktur Indonesia Kian Strong |
Berdasarkan data survei angkatan kerja nasional (sakernas) 2022 menunjukkan terdapat 8,42 juta pengangguran di Tanah Air dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,86 persen. Jumlah itu turun 0,63 poin dibandingkan Agustus 2021 yang mencapai 6,49 persen.
Tantangan bonus demografi
Agus mengatakan pada dasarnya bonus demografi yang dimiliki Indonesia menjadi peluang sekaligus tantangan. Dari 72,72 persen penduduk usia produktif, hanya 13 persen yang mengenyam pendidikan tinggi.Sementara lainnya didominasi lulusan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) sederajat.
Tantangan bonus demografi lainnya yaitu setiap tahunnya terdapat 1,65 juta lulusan perguruan tinggi, ditambah 1,8 juta jiwa lulusan tingkat SMA sederajat yang tidak melanjutkan studi. Artinya, terdapat 3,45 juta jiwa pencari kerja baru setiap tahunnya.
Sementara, di satu sisi peluang kerja baru cukup terbatas. Sebagai contoh sektor industri manufaktur yang hanya membutuhkan sekitar 682 ribu tenaga kerja baru setiap tahunnya.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian melihat pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi sangat penting guna memastikan daya saing nasional yang kompetitif. Apalagi, pada 2030 Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi.
Selain itu, pada momentum 100 tahun kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 318,7 juta jiwa dengan asumsi tren laju pertumbuhan penduduk 1,25 persen per tahunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News