"Nilai pembayaran digital di ASEAN diproyeksikan mencapai USD1 triliun pada 2025," ujar Arsjad dikutip dari Antara, Rabu, 6 September 2023.
Ia menyebut, industri financial technology (fintech) dapat menjadi kekuatan untuk mendorong inklusi keuangan di kawasan ASEAN, melalui penyediaan layanan keuangan yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat unbanked (tidak terjangkau perbankan).
Platform digital mendapatkan akses ke layanan keuangan
"UMKM dan warga negara ASEAN yang memiliki akses jarak jauh, kini belajar menggunakan platform digital untuk mendapatkan akses ke layanan keuangan," ujar Arsjad.Dengan demikian, dalam kesempatan ini, Ia mengajak Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) dan semua pihak untuk berkolaborasi dalam memajukan industri fintech di kawasan ASEAN.
"Pusat pertumbuhan dan juga kunci dari ASEAN adalah sentralitas dalam berinovasi demi inklusivitas yang lebih besar. Sehingga, kita tidak bisa meninggalkan siapa pun,” ujar Arsyad.
Arsyad mengungkapkan jumlah orang dewasa di ASEAN yang memiliki rekening bank tercatat meningkat signifikan dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu menjadi sebanyak 268 juta orang pada 2021, dibandingkan sebelumnya sebanyak 190 juta orang pada 2011.
Jumlah penyelenggara fintech
Seiring dengan itu, jumlah penyelenggara fintech di ASEAN juga meningkat signifikan menjadi 2.000 fintech pada 2022, dibandingkan sebelumnya hanya sebanyak 200 fintech pada 2015.Sebelumnya, Kepala Divisi Ekonomi Digital Sekretariat ASEAN Sivaram Superamanian mengatakan, apabila Digital Economic Framework Agreement (DEFA) ASEAN mencapai kesepakatan, akan mampu mendongkrak ekonomi ASEAN hingga USD2 triliun pada 2030.
Namun demikian, menurutnya, apabila DEFA ASEAN tidak disepakati, ekonomi ASEAN hanya tumbuh USD1 triliun pada 2030.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News