Hal itulah yang mendorong lahirnya protokol baru yang disebut Bangkit. Bangkit tak lain singkatan dari Bersih, Aman, Nyaman, Go-Green, Kolaborasi, Inovasi, dan Tata kelola.
Secara prinsip, protokol Bangkit dimaksudkan guna menjadikan MRT sebagai sarana transportasi aman, nyaman dan bebas dari covid-19 atau penyakit lainnya. Dengan demikian, semua pihak bisa menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan, baik penumpang maupun para pekerja MRT, termasuk kereta.
"Kami mau semua personal baik penumpang maupun pekerja higienis dan kebersihan. Inilah yang menjadi spirit MRT Jakarta saat ini," ujar Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar dalam Forum Jurnalis yang dilakukan secara online, Kamis, 11 Juni 2020.
Menurut William, protokol Bangkit diterjemahkan ke dalam berbagai langkah, seperti penyediaan hand sanitizer di berbagai titik di 13 stasiun, pembersihan rutin (tiga kali sehari) fasilitas dan aset di stasiun, seperti mesin tiket otomatis, mesin tapping gate, handrail, lift, dan pembersihan rutin interior dan eksterior ratangga menggunakan disinfektan.
Selain itu, seluruh petugas MRT Jakarta menggunakan masker dan APD, yang selalu menjaga kebersihan dirinya dengan rajin dengan mencuci tangan secara berkala, dan menghindari kontak fisik dengan penumpang. Pihak MRT juga memeriksa suhu tubuh seluruh penumpang yang akan masuk ke dalam stasiun. Apabila ada penumpang yang sakit atau bersuhu tubuh di atas 38 derajat celcius, maka penumpang tersebut tidak diizinkan menggunakan MRT Jakarta.
Pihak MRT juga mewajibkan semua penumpang untuk menggunakan masker. "Jika ada penumpang yang tidak mengenakan masker, petugas akan melarang penumpang tersebut untuk naik MRT," jelas William.
Tidak hanya itu, pihak MRT juga memberlakukan pembatasan penumpang secara ketat. Setiap gerbong dibatasi hanya untuk 62-67 dengan tujuan untuk menerapkan physical distancing saat duduk, berdiri, maupun antre. Para penumpang juga harus berdiri di garis antrean yang sudah disediakan.
"Kami siapkan jarak antrian tiap penumpang baik masuk ke gate maupun di peron. Jika ada penumpang yang tidak mematuhi, petugas akan memberitahu untuk memastikan semua penumpang mematuhi protokol yang berlaku," jelas william.
Untuk memudahkan penumpang mengatur jarak sosial mereka, MRT Jakarta sudah membuatkan marka baik di stasiun maupun di dalam kereta sehingga ini bisa ditaati semua penumpang. William menambahkan, pihaknya juga mengimbau semua penumpang agar tidak melakukan percakapan di dalam kereta, baik langsung maupun memakai telepon seluler.
"Kami imbau penumpang tidak berbicara dalam kereta karena mereka hanya menggunakan masker kain yang masih memungkinkan terjadinya percikan droplet kepada penumpang lainnya. Untuk menghindari percakapan antar penumpang, maka ada jarak duduk antar penumpang dan yang berdiri akan menghadap ke arah tujuan kereta sehingga meminimalisir percakapan di dalam kereta," jelasnya.
Meskipun demikian, pihak MRT belum menerapkan sanksi bagi penumpang yang berbicara satu dengan lainnya. Namun, pihak MRT sudah memastikan berbagai aturan yang ada bisa dipatuhi dengan adanya berbagai marka yang membatasi jarak antarpenumpang (physical distancing), baik di stasiun maupun di dalam kereta.
Saat ini MRT Jakarta sudah kembali mengoperasikan 14 rangkaian keretanya. Jam operasional pun berangsur normal dengan hari biasa atau weekday dari pukul 05.00 hingga 21.00 dengan headway lima menit di jam sibuk dan sepuluh menit di jam biasa. Sedangkan di hari libur atau weekend, MRT Jakarta beroperasi pukul 06.00 sampai 20.00 dengan headway 20 menit.
"Karena weekend penumpang MRT Jakarta tidak penuh, maka kami buat headway lebih lama dibandingkan hari biasa," kata William.
Selanjutnya William menjelaskan, untuk memperkuat protokol Bangkit ini, pihaknya bekerja sama dengan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) melakukan integrasi dengan pejalan kaki atau pengguna sepeda. Khusus untuk pengguna sepeda, pihaknya menyediakan tempat penyimpanan di berbagai stasiun. Ada juga pilihan bike sharing agar pengguna MRT bisa saling menggunakan sepeda.
William juga mengemukakan, di masa transisi sebelum tata kenormalan yang baru (new normal) saat ini, pun penumpang MRT Jakarta mengalami peningkatan meski masih ada pembatasan.
Jumlah penumpang setelah 8 Juni 2020 mencapai sekitar 13 ribu orang per hari.
"Bila berbagai aktivitas perekonomian dibuka pada pekan depan, kami prediksi jumlah penumpang pun akan naik 16 ribu hingga 20 ribu per hari," tambahnya.
Selanjutnya, jika PSBB transisi ini berhasil, maka semua kegiatan akan mulai kembali beroperasi dan diprediksi jumlah penumpang mencapai sekitar 60 ribu per hari. Namun, pihaknya akan sulit mencapai lembali angka 100 ribu per sepanjang pembatasan penumpang masih berlaku.
"Kami tidak bisa mencapai 100 ribu, kereta MRT tidak akan menampung jumlah yang sama sebelum covid-19," kata William.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News