Jakarta: Survei MarkPlus, Inc. menunjukkan masyarakat masih khawatir berbelanja langsung di pusat perbelanjaan atau mal. Survei tersebut dilakukan menjelang dibukanya kembali operasional mal di DKI Jakarta pada 15 Juni 2020.
Associate Client Success Team MarkPlus, Inc. Chrestella Carissa memaparkan survei tersebut menunjukan adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam berbelanja sebelum dan selama pandemi covid-19.
Sebelum pandemi, masyarakat rutin berbelanja kebutuhan pokok setiap satu minggu sekali. Sebaliknya disaat pandemi masyarakat hanya berbelanja di toko ritel satu bulan sekali meskipun dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran masyarakat jika terlalu sering mengunjungi toko secara langsung.
“Belanja offline memiliki sisi positif seperti bisa memeriksa kualitas produk secara langsung, namun masyarakat merasa cemas terpapar virus covid-19 jika harus berbelanja secara offline,” ujar Carissa dalam MarkPlus Industry Roundtable, Selasa, 9 Juni 2020.
Menurut Carissa, berbelanja secara online telah menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hasil riset juga menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan pada jumlah transaksi belanja ritel secara online hingga enam kali lipat dari 4.7 persen menjadi 28.9 persen selama masa pandemi.
Sementara itu, tren belanja offline atau konvensional turun drastis dari 52.3 persen menjadi 28.9 persen. Meskipun begitu, masyarakat tetap merindukan berbelanja secara offline seperti sebelum adanya covid-19.
Karena itu, seluruh pusat perbelanjaan dan pertokoan di dalamnya harus memastikan berjalannya protokol kesehatan agar masyarakat tak lagi khawatir mengunjungi mal.
“83.6 persen masyarakat berharap perusahaan menerapkan standar kesehatan bagi staf dan pengunjung dengan menggunakan masker dan sarung tangan, 82.8 persen berharap tersedianya hand sanitizer di toko, dan 69.5 persen menginginkan dilakukannya pengecekan suhu tubuh,” paparnya.
Adapun survei tersebut diikuti oleh 128 responden di seluruh Indonesia dalam satu minggu terakhir. Rentang usia terbanyak 25 sampai 45 tahun dan mayoritas berasal dari Jabodetabek.
Associate Client Success Team MarkPlus, Inc. Chrestella Carissa memaparkan survei tersebut menunjukan adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam berbelanja sebelum dan selama pandemi covid-19.
Sebelum pandemi, masyarakat rutin berbelanja kebutuhan pokok setiap satu minggu sekali. Sebaliknya disaat pandemi masyarakat hanya berbelanja di toko ritel satu bulan sekali meskipun dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran masyarakat jika terlalu sering mengunjungi toko secara langsung.
“Belanja offline memiliki sisi positif seperti bisa memeriksa kualitas produk secara langsung, namun masyarakat merasa cemas terpapar virus covid-19 jika harus berbelanja secara offline,” ujar Carissa dalam MarkPlus Industry Roundtable, Selasa, 9 Juni 2020.
Menurut Carissa, berbelanja secara online telah menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hasil riset juga menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan pada jumlah transaksi belanja ritel secara online hingga enam kali lipat dari 4.7 persen menjadi 28.9 persen selama masa pandemi.
Sementara itu, tren belanja offline atau konvensional turun drastis dari 52.3 persen menjadi 28.9 persen. Meskipun begitu, masyarakat tetap merindukan berbelanja secara offline seperti sebelum adanya covid-19.
Karena itu, seluruh pusat perbelanjaan dan pertokoan di dalamnya harus memastikan berjalannya protokol kesehatan agar masyarakat tak lagi khawatir mengunjungi mal.
“83.6 persen masyarakat berharap perusahaan menerapkan standar kesehatan bagi staf dan pengunjung dengan menggunakan masker dan sarung tangan, 82.8 persen berharap tersedianya hand sanitizer di toko, dan 69.5 persen menginginkan dilakukannya pengecekan suhu tubuh,” paparnya.
Adapun survei tersebut diikuti oleh 128 responden di seluruh Indonesia dalam satu minggu terakhir. Rentang usia terbanyak 25 sampai 45 tahun dan mayoritas berasal dari Jabodetabek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News