CEO Managing Partner Grant Thornton Johanna Ganni mengatakan covid-19 telah memberikan banyak pukulan terhadap industri penerbangan dalam dan luar negeri.
Berdasarkan data Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memprediksi arus kas industri penerbangan akan tetap negatif selama 2021 dengan potensi cash burn hingga USD75 miliar.
"Ini menunjukkan bahwa persiapan industri penerbangan untuk dapat bangkit kembali membutuhkan perencanaan yang sangat matang," kata Johanna dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 Juli 2021.
Dalam kondisi tersebut, ia memaparkan tiga poin tantangan yang dihadapi oleh industri penerbangan. Termasuk di dalamnya perusahaan maskapai penerbangan hingga perusahaan penyedia (leasing) armada pesawat.
1. Likuiditas
Manajemen arus kas menjadi tantangan serius bagi maskapai penerbangan dan bisnis pendukungnya. Meskipun pendapatan menurun drastis, sektor penerbangan masih menanggung biaya tetap dan biaya operasional yang besar. Meningkatnya covid-19 mendorong pelaku usaha untuk mengurangi pengeluaran dan meningkatkan likuiditas.
2. Biaya operasional
Dalam industri penerbangan, cara utama untuk menurunkan biaya operasional adalah dengan mengurangi karyawan. Hal ini juga terjadi pada maskapai nasional Garuda Indonesia yang menawarkan program pensiun dini bagi karyawan mereka. Maskapai besar lainnya dari berbagai belahan dunia juga telah mengumumkan niat untuk memberhentikan sejumlah karyawan secara masif.
3. Utang dan restrukturisasi
Untuk maskapai penerbangan, utang modal yang diperoleh melalui kepemilikan atau penyewaan pesawat memakan porsi besar. Perusahaan penyedia armada pesawat tidak mau mengambil kembali pesawat mereka sehingga maskapai penerbangan perlu menegosiasikan kembali kesepakatan dengan perusahaan leasing dan pembiayaan untuk mendapat penangguhan maupun penurunan suku bunga untuk jangka waktu yang masuk akal.
Menurut Johanna, meskipun terdapat ketidakpastian terhadap bisnis penerbangan di masa depan, penting bagi pelaku industri penerbangan untuk mulai mempersiapkan kembalinya permintaan konsumen dan bisnis.
"Kondisi pasar saat ini jelas mengakibatkan tantangan operasional dan likuiditas, namun secara bersamaan juga memberi peluang bagi maskapai yang memiliki neraca kuat dan akses ke pemberi pinjaman atau investor untuk melakukan restrukturisasi secara fundamental atas model bisnis dan operasi mereka," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News