One Day with Indonesian Coffee, Fruits, and Floriculture (ODICOFF) diselenggarakan serentak di 10 negara (Foto:Dok.Kementan)
One Day with Indonesian Coffee, Fruits, and Floriculture (ODICOFF) diselenggarakan serentak di 10 negara (Foto:Dok.Kementan)

ODICOFF Buka Peluang Ekspor Produk Pertanian Indonesia di 10 Negara

Rosa Anggreati • 27 November 2021 09:35
Jakarta: Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan kunjungan ke berbagai negara dalam rangka mendorong ekspor produk pertanian. Kunjungan tersebut diberi nama One Day with Indonesian Coffee, Fruits, and Floriculture (ODICOFF).
 
ODICOFF diselenggarakan serentak di 10 negara, yakni Belanda, Maroko, Denmark (25-27 November 2021), Serbia, Amerika Serikat, Spanyol, Uni Emirat Arab, Turki, Rumania, Mesir (29 November-2 Desember 2021).
 
Penyelenggaraan ODICOFF bertujuan untuk memperkenalkan produk pertanian secara global dan meningkatkan ekspor. Hal ini selaras dengan program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) yang digaungkan Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo.
 
Salah satu komoditas unggulan yang diperkenalkan pada ajang ODICOFF, yaitu bawang bombai. Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto yang menjadi ketua rombongan delegasi Indonesia ODICOFF untuk Belanda dan Serbia, menyempatkan berkunjung ke pelaku usaha bawang bombai di Belanda. Kunjungan tersebut untuk melihat potensi pengembangan bawang bombai di Negara Kincir Angin.
 
“Jika bawang bombai bisa dikembangkan di dalam negeri setidaknya bisa menghemat devisa dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto yang akrab disapa Anton.
 
Nilai impor bawang bombai mencapai lebih dari Rp1 triliun per tahun, atau setara volume lebih dari 120 ribu ton per tahun. Impor terbanyak dari Belanda, New Zealand, India, Tiongkok, dan USA.
 
Dengan kunjungan lapangan tersebut diharapkan dapat menjalin kerja sama di bidang budidaya bawang bombai di dalam negeri. Panen bawang bombai di Kulonprogo dan Majalengka pada akhir 2020, membuktikan bahwa Indonesia mampu melakukan budidaya bawang bombai.
 
Diketahui, benih bawang bombai yang berhasil ditanam di Indonesia berasal dari Belanda.
 
"Kami berharap dengan dilakukan kunjungan lapangan di Wiskerke Onions ini dapat menjalin kerja sama kemitraan dan menjadi kabar baik bagi petani bawang bombai di dalam negeri. Untuk saat ini kita fokus terhadap benih bawang bombai," ucap Anton.
 
ODICOFF Buka Peluang Ekspor Produk Pertanian Indonesia di 10 Negara
 
Pada ajang ODICOFF di Denmark, Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memamerkan produk pertanian asli Indonesia, terutama kopi, buah tropis, dan tanaman hias.
 
Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Berdasarkan rilis International Coffee Organization (ICO) pada tahun 2020, Indonesia berkontribusi sebesar 7,04 persen dari total produksi kopi di dunia.
 
Kopi khas Indonesia, seperti Kopi Gayo, Kopi Lintong, Kopi Mandheling, Kopi Jawa, Kopi Luwak, Kopi Kintamani Bali, Kopi Toraja, dan Kopi Flores atau Bajawa, telah menjadi ikon juara kopi Indonesia. Kopi-kopi tersebut telah diekspor ke berbagai negara di seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Malaysia, Jepang, dan Uni Eropa.
 
ODICOFF Buka Peluang Ekspor Produk Pertanian Indonesia di 10 Negara
 
Pada tahun 2019/2020 tercatat volume ekspor kopi Indonesia sebanyak 6,73 juta ton yang telah menjadikan Indonesia sebagai eksportir kopi terbesar keempat di dunia.
 
Selain kopi, potensi Indonesia pada produk pertanian lainnya juga positif. Terutama buah-buahan tropis seperti manggis, zalacca (buah ular), mangga, jambu biji, pisang, nanas, semangka, durian, melon, dan alpukat, serta produk buah kering olahan juga madu, sarang burung walet dan olehan peternakan lainnya.
 
Pada acara ini, Ditjen PKH juga memperkenalkan potensi tanaman hias Indonesia. Indonesia memiliki 220 jenis tanaman hias yang berkembang, seperti anggrek, krisan, tulip, melati, dracaena, heuchera, mawar, lily, flamboyan, dan banyak lagi.
 
ODICOFF Buka Peluang Ekspor Produk Pertanian Indonesia di 10 Negara
 
Sejauh ini, nilai ekspor tanaman hias Indonesia di seluruh dunia berada di angka USD4,5 juta, hanya 0,1 persen dari pangsa pasar global (market share). Singapura, Belanda, dan Thailand menjadi negara tujuan ekspor utama terbesar tanaman hias Indonesia.
 
"Kami berharap bahwa acara hari ini akan dapat meningkatkan preferensi konsumen Denmark  pada tanaman hias Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Denmark," kata Direktur Jenderal PKH, Nasrullah.
 
Selain memamerkan produk pertanian, pada ODICOFF juga diselenggarakan beberapa kegiatan lain, yaitu networking dan business matching, coffee cupping and tasting, serta penandatanganan komitmen bisnis/kontrak antara bisnis Indonesia dan Denmark.
 
Harapannya, terdapat manfaat yang lebih besar pada perdagangan bilateral produk pertanian antara kedua negara yang dihasilkan dari acara ini.
 
"Terutama peningkatan nilai perdagangan kopi, buah-buahan dan tanaman hias, meskipun ada ancaman pandemi covid-19 terhadap ekonomi," kata Nasrullah.
 
Sementara itu, Wakil Direktur Jenderal, Administrasi Veteriner dan Makanan Denmark (DVFA) Per Krogsgaard memberikan apresiasi kepada Kementan atas penyelenggara ODICOFF.
 
DVFA sebagai mitra Kementan dipastikan memberikan dukungan dan komitmennya untuk berpartisipasi dalam mewujudkan program peningkatan nilai tambah dan daya saing produk peternakan melalui pengembangan susu organik.
 
"Utamanya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Indonesia," ucap Krogsgaard.
 
Duta Besar Indonesia untuk Denmark, Dewi Savitri Wahab, menyatakan harapannya agar ODICOFF dapat membuka peluang kerja sama Indonesia dan Denmark.

ODICOFF Buka Peluang Ekspor Produk Pertanian Indonesia di 10 Negara
 
"Terdapat peluang ekspor untuk Indonesia, karena Denmark akan mendapatkan produk-produk terbaik dari pertanian Indonesia," ucap Dewi.
 

Teh Unjuk Gigi di Negeri Matahari Terbenam

 
Pada ajang ODICOFF yang diadakan di La Sqala Casablanca, Maroko, turut hadir pelaku usaha setempat dan beberapa instansi yang terdiri atas Marocaine des industriels du thé et du café (AMITC), Casablanca Dathei, F&A Casablanca dan Tea and Coffee Society.
 
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pelaku usaha di Maroko, peluang beberapa komoditas pertanian Indonesia masih terbuka lebar, yaitu green tea, kopi robusta, vanili, dan nanas.
 
ODICOFF diharapkan dapat mendekatkan produk-produk pertanian Indonesia ke pelaku usaha di Maroko, sehingga dapat merasakan langsung keanekaragaman produk olahan dari Indonesia terutama teh dan kopi.
 
Dalam kunjungan di salah satu pelaku usaha komoditas teh yaitu Sultan Tea, diketahui bahwa peluang untuk ekspor teh di Maroko sangat besar, mengingat selama ini pasokan teh bersumber dari Tiongkok dengan produk khususnya green tea.
 
ODICOFF Buka Peluang Ekspor Produk Pertanian Indonesia di 10 Negara
 
Selama ini green tea merupakan produk utama yang dijual di Maroko. Apabila Indonesia akan memasarkan produk teh ke Maroko diperlukan upaya-upaya untuk dapat bersaing mulai dari kualitas hingga biaya pemasaran.
 
"Harapannya Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan nilai ekspor produk pertanian ke Maroko," kata Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Hendratmojo Bagus Hudoro selaku Ketua DELRI Indonesia.
 
Selain itu, yang juga harus menjadi perhatian adalah persoalan keamanan pangan dan persyaratan teknis yang sangat ketat untuk produk pertanian, terutama produk segar berupa buah serta sayuran.
 
"Oleh karena itu, kami dari Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menghasilkan produk pertanian melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practice (GHP) sesuai dengan standar dunia (Global GAP) serta meningkatkan jumlah dan jenisnya produk organik yang selama ini banyak diminati oleh konsumen Maroko,” ucap Hendratmojo.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan