"Kami mogok produksi selama tiga hari, dari Sabtu, 19 November sampai Senin, 21 November," kata Ketua Asosiasi Tahu Tempe Kabupaten Lebak Mad Soleh dilansir Antara, Minggu, 20 November 2022.
Ia menjelaskan, pelaku usaha tahu tempe di Kabupaten Lebak sebenarnya cukup berat untuk melakukan mogok produksi. Namun yang terjadi adalah jika tetap berproduksi kerugian yang dialami juga besar.
Aksi mogok produksi ini merembet ke banyak hal, terutama masalah pengangguran. Pengusaha tahu tempe, pekerja, pedagang pengecer, pedagang bakulan, pengemudi hingga buruh panggul kayu bakar saat ini menganggur akibat dampak mogok produksi tersebut.
Baca juga: Perajin Tahu Ubah Strategi Penjualan Hadapi Kenaikan Dolar AS |
Ia juga mengungkapkan, perputaran uang dari produksi tahu tempe bisa mencapai ratusan juta per hari, namun sekarang mereka menghentikan kegiatan produksi.
Perajin tahu tempe berharap harga tahu dan tempe dinaikkan setidaknya Rp500 per bungkus. Dengan begitu perajin tahu tempe tidak mencapai bangkrut.
"Kami sudah sepakat bersama perajin menaikkan Rp500 per bungkus dengan isi tujuh satuan tahu," katanya.
Samsul, seorang perajin tahu warga Rangkasbitung mengaku menghentikan produksinya akibat harga kedelai di pasaran sehingga berdampak terhadap omzet menurun dan tidak sebanding dengan biaya produksi dan upah kerja.
Saat ini, ia sudah tidak memiliki modal, terlebih harga kedelai melonjak dan membutuhkan modal dua kali lipat dari harga Rp420 ribu menjadi Rp700 ribu per karung.
"Kami berharap konsumen dapat menerima kenaikan harga tahu tempe,sehingga perajin bisa bertahan usaha dan bisa meraup keuntungan," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News