"Setelah 97 tahun dikelola perusahaan multinasional, Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas yang potensial untuk kedepannya," kata Arifin, dalam keterangan resminya, Jumat, 15 Oktober 2021.
Dia meminta agar Pertamina memaksimalkan kegiatan eksplorasi pengeboran sumur-sumur baru untuk bisa meningkatkan produksi minyak dan gas di Blok Rokan. Saat ini, Blok Rokan menyumbang 24 persen dari total produksi minyak di Indonesia dan menyumbang produksi minyak terbesar nomor dua secara nasional dengan wilayah kerja mencapai 6.220,29 kilometer persegi.
10 lapangan utama di Blok Rokan:
- Minas
- Duri
- Bangko
- Bekasap
- Balam south
- Kota Batak
- Petani
- Lematang
- Petapahan
- Pager
Pada 1 Januari 2021, pemerintah memproyeksikan cadangan minyak sebanyak 350,73 MMSCFD dan gas bumi 9.071 BSCF.
"Kalau dulu ada program steam flood mungkin kedepannya ada Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR)," ujar Arifin.
Selain kegiatan eksplorasi dengan menambah sumur-sumur baru, Menteri Arifin juga mengapresiasi upaya efisiensi dan penerapan teknologi dalam kegiatan produksinya, seperti yang diterapkan di pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) untuk meningkatkan produksi.
Dia menekankan masyarakat dunia saat ini telah bersepakat untuk mengurangi pemanfaatan sumber-sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi yang besar.
Indonesia telah menyepakati Kesepakatan Paris atau Paris Agreement dan telah meratifikasinya menjadi undang-undang mengenai target pengurangan emisi.
"Kita masih punya waktu sampai masyarakat dunia menargetkan hingga 2050 net zero emission. Kami sedang menyusun roadmap dan strategi untuk mencapai ke sana, ini bukan suatu hal yang mudah," jelas Arifin.
Blok Rokan merupakan salah satu wilayah kerja minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia. Sejak 9 Agustus 2021, pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau beralih ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) setelah 80 tahun atau sejak 1951 dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Alih kelola itu menjadi tonggak sejarah pengelolaan hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Sejak 1951 hingga 2021, Blok Rokan telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak dengan produksi rata-rata paruh pertama tahun ini sebesar 160,5 ribu barel minyak per hari untuk minyak bumi atau sekitar 24 persen dari produksi nasional dan 41 MMSCFD untuk gas bumi.
"Kalau dulu ada program steam flood mungkin kedepannya ada Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR)," ujar Arifin.
Selain kegiatan eksplorasi dengan menambah sumur-sumur baru, Menteri Arifin juga mengapresiasi upaya efisiensi dan penerapan teknologi dalam kegiatan produksinya, seperti yang diterapkan di pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) untuk meningkatkan produksi.
Dia menekankan masyarakat dunia saat ini telah bersepakat untuk mengurangi pemanfaatan sumber-sumber energi fosil menjadi sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi yang besar.
Indonesia telah menyepakati Kesepakatan Paris atau Paris Agreement dan telah meratifikasinya menjadi undang-undang mengenai target pengurangan emisi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kita masih punya waktu sampai masyarakat dunia menargetkan hingga 2050 net zero emission. Kami sedang menyusun roadmap dan strategi untuk mencapai ke sana, ini bukan suatu hal yang mudah," jelas Arifin.
Blok Rokan merupakan salah satu wilayah kerja minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia. Sejak 9 Agustus 2021, pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau beralih ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) setelah 80 tahun atau sejak 1951 dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Alih kelola itu menjadi tonggak sejarah pengelolaan hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Sejak 1951 hingga 2021, Blok Rokan telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak dengan produksi rata-rata paruh pertama tahun ini sebesar 160,5 ribu barel minyak per hari untuk minyak bumi atau sekitar 24 persen dari produksi nasional dan 41 MMSCFD untuk gas bumi.