Direktur Pelaksana yang membidangi Indonesia Eximbank Institute (IEB Institute) Agus Windiarto mengatakan nilai ekspor minyak atsiri Indonesia hingga April 2021 mencapai USD83,9 juta. Ekspor ini mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen (yoy).
"Peningkatan ini ditopang oleh meningkatnya harga minyak atsiri yang meroket pada masa pandemi," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 6 Agustus 2021.
Selama 2020, nilai dan volume ekspor minyak atsiri Indonesia naik masing-masing 16,45 persen (yoy) dan 14,69 persen (yoy) mencapai USD215,81 juta dengan volume 7,54 juta ton. Dalam lima tahun terakhir nilai ekspor minyak atsiri Indonesia juga meningkat.
"Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata tahunan majemuk atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) ekspor minyak atsiri Indonesia ke lima negara tujuan utama berada pada tren positif, kecuali ke Singapura," ungkapnya.
Berdasarkan kajian IEB Institute, pertumbuhan majemuk per tahun nilai ekspor Indonesia selama periode 2016-2020 ke lima negara tujuan utama menunjukkan tren meningkat. Kenaikan tertinggi adalah ke India sebesar 10,73 persen per tahun.
Sementara ke Amerika Serikat naik 4,79 persen per tahun, ke Perancis naik 2,38 persen, ke Tiongkok naik 5,72 persen. Sementara ekspor ke Singapura menunjukkan tren penurunan tipis selama lima tahun terakhir sebesar minus 0,35 persen per tahun.
Pada 2020, Indonesia memiliki 189 eksportir minyak atsiri yang tersebar di seluruh provinsi dengan total nilai ekspor USD215,81 juta. Jawa Barat merupakan provinsi penyumbang ekspor minyak atsiri terbesar dengan nilai sebesar USD68,92 juta atau 31,9 persen dari total.
Dari sisi sebaran eksportir, DKI Jakarta memiliki eksportir produk minyak atsiri paling banyak di Indonesia dengan 48 eksportir selama tahun lalu, diikuti oleh Jawa Barat sebanyak 29 eksportir dan Jawa Timur sebanyak 24 eksportir.
Selama 2020 minat masyarakat terhadap produk minyak atsiri secara global menunjukkan peningkatan cukup tinggi, khususnya di Eropa seperti Prancis, Polandia, Irlandia, Belgia, Spanyol, dan Belanda. Hal ini tentu bisa menjadi peluang bagi ekspor Indonesia.
Agus menjelaskan, momentum baik bagi komoditas minyak atsiri sebagai bahan penyusun aromaterapi dapat dipertahankan. Selain bahan mentah, para eksportir juga perlu meningkatkan nilai tambah minyak atsiri sehingga nilai ekspornya juga turut terdongkrak.
"Kami selalu berupaya mendukung agar semakin banyak pelaku usaha minyak atsiri yang dapat menembus pasar ekspor dan perluasan pasar ekspor minyak atsiri," ungkapnya.
Menurutnya, meskipun tidak dapat langsung mengatasi covid-19 namun aromaterapi dipercaya bermanfaat sebagai antiviral, antibakteri dan membantu meningkatkan imunitas tubuh. Kondisi ini tentu bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak ekspor ke negara tujuan.
"Melihat kebermanfaatannya dan antusiasme masyarakat global untuk menjaga kesehatan, diharapkan menjadi momentum bagi eksportir untuk meningkatkan ekspornya ke negara tujuan ekspor baik yang existing maupun negara tujuan baru yang potensial sehingga minyak atsiri Indonesia semakin mendunia," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id