Ilustrasi PLTU Batu Bara. Foto: MI.
Ilustrasi PLTU Batu Bara. Foto: MI.

Penerapan Teknologi SRC untuk Kurangi Polusi Udara dari PLTU

Antara • 14 November 2022 16:33
Jakarta: Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai penerapan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) dapat diandalkan dalam jangka waktu dekat untuk mengurangi emisi dan polusi udara dari PLTU.
 
Menurut dia, penerapan teknologi SCR bisa mengatasi pengurangan gas karbon, atau sama dengan teknologi Carbon Capture (CCUS), meski banyak kalangan menilai keduanya bukan merupakan penerapan dari energi hijau.
 
baca juga: Indonesia Resmikan ETM Country Platform Kebut Transisi Energi

"Mengingat untuk pensiun dini pembangkit itu butuh biaya besar, maka pemanfaatan teknologi yang bisa mengurangi karbon, saya kira bagus. Apalagi 2060 kita menuju NZE dengan energi fosil sebagai energi primer ini bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan," kata Mamit, dikutip dari Antara, Senin, 14 November 2022.
 
Namun, menurut dia, hambatan dari penggunaan teknologi SCR adalah nilai investasi yang sangat besar meskipun angkanya bisa lebih kecil jika dibandingkan dengan potensi pensiun dini terhadap PLTU.

Teknologi SCR berfungsi dalam mengurangi nitrogen oksida (NOx), misalnya dari angka 100 ke atas, menjadi turun hingga 50 ke bawah. Teknologi tersebut sudah terbukti mampu menurunkan nitrogen oksida dan nitrogen dioksida dengan mengkonversikan molekulnya menjadi air dan nitrogen bebas.
 
Dengan menggunakan SCR pada PLTU bersamaan dengan low NOx burner secara signifikan terdapat penurunan kadar nitrogen oksida dan nitrogen dioksida serta membuka kemungkinan co-firing jauh lebih banyak amonia hijau dibandingkan batu bara di dalam PLTU.
 
Potensi peningkatan emisi NOx dari hasil pembakaran amonia dapat diminimalisasi melalui teknologi SCR, sehingga mampu mengurangi konsentrasi NOx dalam gas buang dari sekitar 1.000 ppm menjadi kurang dari 10 ppm.
 
Penerapan teknologi SCR sudah berjalan di negara maju seperti Jerman, AS, Tiongkok, dan Jepang untuk mengurangi gas karbon dan polusi udara, terutama bagi PLTU yang masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
 
Bagi Indonesia yang sedang mempromosikan transisi energi terbarukan, amonia biru dan hijau dapat menjadi salah satu bagian dari perjalanan menuju transisi energi terbarukan, sebagai sumber energi bersih alternatif untuk PLTU.
 
Amonia merupakan merupakan bahan kimia alami yang ditemukan di udara, air, tumbuhan, dan hewan. Bahan kimia ini terdiri dari atom nitrogen dan hidrogen, dan prosesnya di alam terjadi secara alami melalui siklus nitrogen.
 
Meski demikian, penggunaan amonia dalam sistem energi ternyata masih sangat terbatas. Sekitar 80 persen penggunaan amonia global masih terkait dengan industri pupuk dan hanya kurang dari satu persen digunakan sebagai sumber energi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan