Desa Sade. Foto: MCI Kominfo.
Desa Sade. Foto: MCI Kominfo.

Jadi Daya Tarik Penonton MotoGP 2022, Pelaku Usaha Desa Sade Diharap Dilirik Investor

Ade Hapsari Lestarini • 16 Maret 2022 20:17
Lombok Tengah: Destinasi wisata Desa Sade, kampung asli Suku Sasak, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung akan menyaksikan MotoGP Mandalika 2022. Keunikan adat istiadat, keramahan, dan keanekaragaman produk budaya Sasak membawa kesan tersendiri bagi pelancong di Pulau Lombok.
 
Desa Sade adalah salah satu dusun yang ada di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Terletak di antara jalan raya Praya ke Kuta, sekitar 30 km dari Kota Mataram. Sekitar 15 menit dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid dan dapat ditempuh hanya lima menit dari kawasan The Mandalika, lokasi Pertamina Mandalika International Street Circuit.
 
"Dengan adanya perhelatan MotoGP Mandalika 2022 diharapkan pengunjung akan lebih banyak lagi yang akan datang ke desa Sade, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," harap Erwin, salah satu pemandu wisata Dasa Sade, dikutip dalam keterangan resmi Kominfo, Rabu, 16 Maret 2022.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sebelumnya menginginkan ajang Pertamina Grand Prix of Indonesia atau MotoGP 2022 di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, mampu mendorong perputaran ekonomi bagi masyarakat. Selain itu dapat mendorong upaya pemulihan yang sedang digenjot pemerintah.
 
"Ajang terbesar skala internasional ini mudah-mudahan akan membangun momentum yang kuat untuk pemulihan kita, membantu kita bertransisi menuju penguatan ekonomi baru pascapandemi (covid-19)," ujarnya, dilansir dari Antara, Rabu, 16 Maret 2022.
 
Hingga saat ini, lanjutnya, masyarakat telah memperoleh dampak dari sisi sarapan tenaga kerja lokal di sektor konstruksi pembangunan jalan kawasan khusus sebanyak hampir 300 orang, 3.000 merchandising UMKM Lombok, sekitar 600 tenaga kerja di homestay, lalu sekitar 1.500 orang di sektor transportasi dan logistik.
 
Hal ini lah yang diharapkan bisa menarik pemodal dan investor mau bekerja sama dengan pelaku usaha yang ada di Desa Sade. Adapun di masa new normal, aktivitas di Desa Sade tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat, bagi pengunjung maupun pemandu wisata wajib menggunakan masker dan tetap menjaga jarak.
 
Erwin mengatakan, di dalam Desa Sade memiliki penduduk berjumlah 152 keluarga. Luas kawasan tersebut sekitar tiga hektare (ha). Dalam aturan Dusun Sade, tidak ditemukan adanya hal yang mangatur pembatasan jumlah penduduk. Namun jika ada keluarga yang sudah menikah, maka akan dibuatkan rumah sementara. Beberapa tahun selanjutnya keluarga itu boleh pindah ke tempat lain, yang kebanyakan mereka ke Desa Sade Kecil.
 
Wisatawan yang datang ke Desa Sade harus menaati aturan yang telah dibuat oleh pengelola. Ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan wisatawan di antaranya tidak boleh memakai celana pendek. Ketika ada wisatawan yang memakai celana pendek, maka akan dipinjamkan kain tenun untuk menutupi lututnya. Pengunjung juga dilarang teriak-teriak dan menyakiti sesama.
 
"Penting diperhatikan para pelancong. Ada satu rumah yang tidak boleh dimasuki wisatawan, yaitu rumah tempat penyimpanan pusaka Suku Sasak. Selain rumah satu penyimpanan pusaka, seluruh rumah yang ada di desa Sade boleh dimasuki wisatawan untuk melihat keunikannya," ujar Erwin.
 
Adapun kawasan desa adat Sasak memiliki sejarah panjang dan sudah eksis sejak 1.500 tahun lalu. Ketika memasuki halaman parker, terlihat atap rumah adat yang terbuat dari anyaman bambu berdiri kokoh, di antara bangunan modern berdinding tembok. Nuansa tradisional terlihat dari atap genting antik yang terbuat dari pelepah daun rumbai (ijuk). Suasana pedesaan Lombok masa lalu terasa di destinasi  wisata ini.
 
Ada yang unik dari penduduk Sade, mereka memiliki kebiasaan unik melumuri lantai rumah dengan kotoran ternak. Meski terbilang menjijikkan, penduduk Sasak Sade percaya, lantai yang dilumuri kotoran sapi membuat rumah mereka suci. Namun, untuk tempat ibadah seperti Masjid, penduduk tidak menggunakan kotoran kerbau untuk membersihkan lantainya.
 
Di dalam Desa Sade dijual juga berbagai suvenir ciri khas Suku Sasak, seperti kain tenun khas motif Lombok, berbagai jenis pakaian wanita dan pria khas Lombok. Tersedia juga gelang, cincin, mutiara, hiasan dinding, topi, minuman kopi dan banyak lagi jenis kuliner yang bisa dibeli di dalam Desa Sade.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan