Diketahui, saat ini Pertamina memiliki empat kilang existing yang tengah direvitalisasi (refinary development master program/RDMP) dan dua kilang yang akan dibangun baru (grass root refinary/GRR). Ahok ingin agar kilang yang baru ini nantinya terintegrasi dengan kilang petrokimia.
"Mungkin beberapa akan ditutup karena sangat tidak efisien. Oleh karenanya butuh yang baru sebagai kilang terintegrasi," kata Ahok dalam International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas, Rabu, 2 Desember 2020.
Untuk mendorong integrasi kilang, Pertamina membuka diri untuk bermitra dengan pihak lain. Namun demikian, dirinya tidak merinci lebih jauh terkait kilang yang akan ditutup.
Terkait dengan integrasi kilang, Senior Vice President Corporate Strategic Growth Pertamina Daniel Purba pun mengatakan Pertamina memang akan mengintegrasikan seluruh kilang dengan pabrik petrokimia, sehingga hasil akhir tidak hanya berupa produk BBM.
Ia mengatakan integrasi tersebut sebagai upaya untuk menekan kerugian atau crack spread dalam menggarap kilang. Crack spread merupakan selisih antara harga produk jadi (BBM) dan harga minyak mentah, yang ke depannya diperkirakan masih akan rendah.
"Dengan rendahnya crack spread yang ada ini sangat pengaruhi investor untuk berinvestasi membangun kilang karena tingkat margin yang didapatkan jauh lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya, crack spread-nya masih cukup tinggi," kata Daniel.
Oleh karenanya, integrasi kilang BBM dengan petrokimia akan membantu mengatasi crack spread tersebut.
"Saat ini kami melakukan mendesain atau mengkonfigurasi pengembangan kilang yang ada agar tidak hanya berhenti di BBM, tapi juga petrochemical, sehingga bisa men-justified investasi," ujar Daniel.
Proyek kilang Pertamina yang diintegrasikan dengan pabrik petrokimia antara lain Kilang Tuban yang akan memproduksi produk-produk petrokimia seperti polipropilen 1,3 juta ton per tahun, polietilen 0,65 juta ton per tahun, stirena 0,5 juta ton per tahun, dan paraksilen 1,3 juta ton per tahun.
Pertamina juga sempat merencanakan Proyek Kilang Bontang terintegrasi petrokimia. Namun, proyek kilang ini kemudian ditunda.
Selain itu, Pertamina telah menandatangani frame work agreement dengan China Petroleum Corporation (CPC) Taiwan membangun komplek petrokimia di Balongan, Jawa Barat senilai USD6,49 miliar. Fasilitas yang dibangun yakni pabrik naphta cracker dan unit pengembangan sektor hilir petrokimia berskala global di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News