Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan saat ini nikel kadar rendah menjadi primadona karena adanya program KBLBB. Menurut dia, komoditas ini juga perlu diberikan insentif seperti halnya kebijakan royalti hingga nol persen pada komoditas batu bara dalam program hilirisasi.
"Soal EV Battery, bagaimana ini bisa memanfaatkan nikel kadar rendah kan. Apakah kebijakan insentif juga bisa diterapkan di nikel kadar rendah? Kalau di batu bara kan ada instrumen untuk ini," kata Orias dalam Webinar Sosialisasi Kebijakan Minerba yang diadakan Direktorat Jenderal Minerba, Kamis, 11 Februari 2021.
Orias mengatakan selama ini perusahaan tambang nikel hanya mengambil nikel kadar tinggi dan meninggalkan nikel kadar rendah. Oleh karenanya, untuk bisa kembali menambang nikel kadar rendah ini perlu ongkos produksi yang tidak murah karena perusahaan tambang perlu menggali ulang nikel yang tidak terpakai ini.
Oleh karenanya, diperlukan adanya relaksasi. Orias menilai relaksasi yang diberikan bisa beragam, seperti pembebasan iuran produksi atau bahkan pengurangan pengenaan pajak.
"Dulu kita ambil kadar tinggi, sekarang kita manfaatkan itu (nikel kadar rendah). Apakah perlu ada iuran produksi atau pajak yang disesuaikan? Saya rasa ini harus diperhatikan, harus masuk ke kebijakan minerba," lanjut Orias.
Dalam kesempatan yang sama Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan dan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengatakan, usulan soal insentif untuk nikel kadar rendah merupakan masukan yang akan dikaji lebih lanjut oleh Kementerian ESDM.
"Ini masukan baik ya. Ini juga banyak masukan dari luar. Dengan apa yang ditulis itu sudah diketahui secara umum. Ini kritik yang baik. Bisa melangkah ke depan. Pertanyaannya memang belum ada soal prioritas nikel kadar rendah untuk hilirisasi. Ini masukan yang bagus sebenarnya," ujar Irwandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News