Direktur Penelitian Asia Pasifik Wood Mackenzie Andrew Harwood mengatakan Brasil dan Irak tergolong lebih menarik bagi investor.
"Brasil pada 2010 merupakan tempat investasi yang 'hottest' dan ini menarik investor besar. Sama halnya dengan Irak," kata Andrew dalam diskusi virtual, Kamis, 19 November 2020.
Ia mengatakan Pemerintah Indonesia memang telah memberikan sejumlah terobosan seperti fleksibilitas skema kontrak. Ia berharap insentif yang diberikan tidak berhenti sampai di situ, sebab negara-negara lain terus melakukan perbaikan iklim investasi yang menjamin keberlanjutan bisnis di Tanah Air.
"Investor akan melihat fiscal term, tapi juga melihat akumulasi prospek migasnya," ujar dia.
Di sisi lain, saat ini terdapat perubahan pola pikir investor yakni lebih tertuju pada peningkatan pendapatan di samping juga meningkatkan produksi migas. Maka dari itu, menurut dirinya, pemerintah perlu menimbang kembali kebijakan bagi hasil (split) yang memberikan keuntungan bagi kontraktor.
"Bagaimana investor bisa mengimbangi kerugian di satu blok dengan produksi dari blok lain. Ini tidak ada di Indonesia jadi perusahaan sulit buat base di Indonesia," tutur Andrew.
Selain itu, lanjut Andrew, pemerintah juga harus memperhatikan regulasi lainnya terutama terkait persoalan perizinan yang selama ini dianggap menjadi hambatan karena berbelit-belit. Pemerintah ke depannya diharapkan akan bisa memangkas kembali waktu perizinan di sektor hulu migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News