Area kerja Kencana Energi Lestari. Foto: dok Kencana Energi Lestari.
Area kerja Kencana Energi Lestari. Foto: dok Kencana Energi Lestari.

Emiten Kencana Energi Siapkan 3 Proyek EBT Sebesar 200 MW

Ade Hapsari Lestarini • 28 Desember 2020 16:57
Jakarta: PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup menjanjikan sejak melantai (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 September 2019. Saat IPO, Kencana Energi baru memiliki satu PLTA, yakni PLTA Pakkat melalui PT Energy Sakti Sentosa dengan kapasitas 18 megawatt (MW).
 
Setelah IPO, perseroan menyelesaikan pembangunan dan mulai mengoperasikan PLTA Air Putih di Bengkulu melalui PT Bangun Tirta Lestari dengan kapasitas 21 MW.
 
"Tahun depan, kami akan mengoperasikan PLTMH di Madong, Toraja Utara yang pengerjaannya hampir tuntas, sehingga total kapasitas yang dikelola perusahaan akan naik menjadi sekitar 50 MW. Tiga proyek lagi yang sedang kami persiapkan hampir 200 MW," tutur Wakil Direktur Utama Kencana Energi Lestari Wilson Maknawi, dalam paparannya, Senin, 28 Desember 2020.

Direktur Keuangan KEEN Giat Widjaja menambahkan, sejalan dengan penambahan dan optimalisasi kapasitas, kinerja keuangan perusahaan memperlihatkan tren pertumbuhan positif.  Aset perusahaan yang pada 2019 sekitar USD260,8 juta, diperkirakan tumbuh menjadi USD279,6 juta pada akhir 2020. Serta menjadi USD306,4 juta pada akhir 2021.
 
Sementara itu, pendapatan perusahaan antara 2019 dan 2020 diperkirakan berkisar USD23,7 juta dan selanjutnya ditargetkan naik menjadi USD47,4 juta pada 2021. "Sedangkan laba bersih diprediksi meningkat dari USD3,6 juta pada 2019 menjadi USD4,7 juta pada 2020 ini. Selanjutnya laba bersih 2021 ditargetkan menjadi USD11,1 juta," ungkap Giat.
 
Seiring dengan perkembangan kinerja tersebut, menurut Wilson pihaknya akan terus mendorong pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Alasannya,  Indonesia merupakan negara dengan potensi EBT yang melimpah. Dengan demikian tidak perlu khawatir pasokan EBT berkurang bila pembangkit fosil dinonaktifkan satu saat nanti.
 
"Kalau di luar negeri pada 2050 (pembangkit fosil nonaktif). Kita bisa pada 2040-2050, kalau kita serius mengembangkan potensi energi hijau yang kita miliki," ujar Wilson.
 
Menurut Wilson, jika pasokan energi terbarukan memadai, pemerintah bisa mengalihkan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk subsidi bunga kredit proyek EBT seperti proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH).
 
Dengan potensi yang ada, Wilson memproyeksikan Indonesia bisa sepenuhnya menggunakan pembangkit ramah lingkungan dalam 20 tahun ke depan. Perhitungannya, 10 tahun pertama agar pembangkit berbasis fosil yang baru beroperasi bisa kembali modal. Sedangkan lima tahun sisanya merupakan masa transisi untuk mengurangi pemakaian pembangkit fosil.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan