Ilustrasi stok beras. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya
Ilustrasi stok beras. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya

Pemerintah Diminta Pastikan Ketersediaan Beras hingga Akhir Tahun

Suci Sedya Utami • 03 Agustus 2020 14:30
Jakarta: Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta meminta pemerintah memastikan ketersediaan beras hingga akhir tahun. Meluasnya pandemi covid-19 sudah memengaruhi sektor pertanian dan perdagangan di seluruh dunia akibat implementasi berbagai kebijakan pembatasan.
 
Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga membuat kinerja sektor pertanian menurun, dan hal tersebut memengaruhi ketersediaan pangan di pasar. Pandemi covid-19 merebak di saat produksi pangan melimpah.
 
Data FAO 2020 menunjukkan pasokan sereal global mendekati rekor tertinggi karena kondisi cuaca yang bersahabat. FAO memperkirakan produksi beras dunia akan mencapai 509,2 juta ton pada 2020, lebih tinggi 1,7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkiraan ini menunjukkan pasokan beras global lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan internasional dengan rasio stok terhadap penggunaan 35,3 persen.

Namun sebaliknya, di dalam negeri berdasarkan data Kementerian Pertanian menunjukkan adanya penurunan produksi beras di tahun ini. Pada paruh pertama 2020, produksi beras Indonesia diperkirakan hanya mencapai 16,8 juta ton atau 9,7 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini seakan melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak 2018.
 
"Selain dampak pandemi, musim kemarau juga perlu diwaspadai dapat memengaruhi ketersediaan beras. Kementerian Pertanian memaksimalkan penghujung musim tanam untuk memanfaatkan musim penghujan yang masih berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini menandakan kondisi iklim yang tak menentu masih menjadi tantangan bagi produksi beras dan komoditas pangan lainnya," jelas Felippa dalam keterangan resmi, Senin, 3 Agustus 2020.
 
Hal ini tidak berlebihan mengingat musim kemarau biasanya hanya menyumbang sekitar 35 persen dari total produksi beras tahunan berdasarkan data World Food Programme (WFP) pada 2020. Jadi, lanjutnya, walaupun pasokan lebih dari cukup untuk memenuhi permintaan domestik pada semester pertama dengan surplus 6,4 juta ton, tetap ada kekhawatiran mengenai ketersediaan beras menjelang akhir tahun dan awal tahun depan.
 
Berdasarkan data BPS, Indonesia mengimpor beras sebanyak 305.274 ton pada 2017. Sementara itu, data WFP 2020 menyebutkan 6,2 persen pasokan beras domestik berasal dari impor pada 2018. Walaupun beras merupakan makanan pokok, impor beras dibatasi oleh 54 hambatan non-tarif (Non-Tariff Measures/NTM) yang sebagian besar adalah tindakan Sanitary Phytosanitary untuk menjaga kesehatan, keamanan, dan kualitas (61 persen), diikuti oleh Hambatan Teknis Perdagangan (11 persen).
 
"Keputusan untuk mengimpor beras harus mempertimbangkan stok beras Bulog, perbedaan harga, dan atau produksi beras nasional yang diproyeksikan. Prosesnya sendiri lama. Belum lagi covid-19 yang menyebabkan kapasitas distribusi dan logistik semakin rendah, dapat membuat pemasukan beras menjadi lebih lama," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan