"Berdasarkan rapat komite terakhir diperkirakan KUR terealisasi Rp160 triliun walaupun ditetapkan Rp190 triliun," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir dikutip dari Antara, Rabu, 15 Juli 2020.
Ia mengakui ada bank yang kesulitan dalam menyalurkan KUR di tengah pandemi covid-19. Namun sejumlah bank dengan segmentasi UMKM justru tidak mengalami hambatan dan ingin mengambil alih porsi bank yang mengalami hambatan itu.
Hingga Mei 2020, realisasi KUR mencapai Rp65,8 triliun atau baru 34,6 persen dari target Rp190 triliun dengan total debitur mencapai 1,94 juta pelaku usaha. Apabila dirinci realisasi penyaluran KUR sektor produksi (non perdagangan) hingga Mei 2020 mencapai 58,24 persen atau masih di bawah target 60 persen.
Untuk sektor ekonomi, penyerapan KUR paling banyak di sektor perdagangan sebesar 42 persen, kemudian sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 30 persen, sisanya perikanan (dua persen) dan industri pengolahan 11 persen.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah UMKM di Indonesia pada 2018 mencapai 64,19 juta, sebanyak 63,35 juta di antaranya adalah pelaku usaha mikro.
Survei Asosiasi Business Development Services Indonesia April-Mei 2020, menunjukkan covid-19 memberikan dampak kepada UMKM. Sebanyak 36,7 persen UMKM merugi dan 26,6 persen penjualan turundi atas 60 persen.
Kemudian, sebanyak 15 persen UMKM penjualannya turun 31-60 persen dan 14,2 UMKM penjualannya turun 10-30 persen. Sedangkan data lainnya menunjukkan penjualan UMKM tetap stabil sebanyak 4,5 persen dan UMKM yang penjualannya meningkat sebanyak 3,6 persen.
"Dari survei itu juga disebutkan bahwa sebanyak 92,6 persen UMKM membutuhkan restrukturisasi kredit atau pinjaman," pungkas dia.
Adapun pemerintah menargetkan penyaluran KUR 2021 tumbuh 16 persen mencapai Rp220 triliun, kemudian pada 2022 menjadi Rp250 triliun, pada 2023 menjadi Rp285 triliun, dan pada 2024 sebesar Rp325 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News