Para wanita hebat berusia 30-70 tahun ini memegang peran kepemimpinan di berbagai industri, mulai dari perbankan dan ekuitas swasta, manufaktur, perawatan kesehatan, dan teknologi. Mereka merupakan pendatang baru dalam daftar yang dipilih untuk pencapaian mereka dalam mengelola bisnis dengan pendapatan yang cukup besar atau startup senilai lebih dari USD100 juta.
Dari daftar tersebut, dua di antaranya berasal dari Indonesia, yakni Marina Budiman dan Tessa Wijaya. Siapa mereka? Berikut profilnya, dilansir Forbes, Rabu, 3 November 2021.
Marina Budiman
Marina adalah salah satu pendiri dan Presiden Komisaris DCI Indonesia, operator pusat data terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar lebih dari 50 persen. Dengan nilai sekitar USD7 miliar, saat ini DCI menjadi salah satu perusahaan publik paling berharga di Indonesia.
Presiden Komisaris DCI Indonesia Marina Budiman. Foto: Forbes/DCI Indonesia.
Awalnya, lulusan University of Toronto ini ingin menjadi bankir. Untuk mewujudkan keinginannya itu, pada 1985, Marina bekerja di Bank Bali setelah mendapatkan gelar sarjana di bidang keuangan dan ekonomi. Kala itu, dia bertanggung jawab untuk menginstal perangkat lunak.
26 tahun kemudian, Marina mendirikan DCI bersama enam orang lainnya. Pertumbuhan digital di Indonesia membuat perusahaan di bawah naungan wanita berusia 60 tahun ini membukukan kenaikan pendapatan sebesar 81 persen dan peningkatan laba 57 persen secara gabungan selama tiga tahun terakhir. Daftar pelanggan unggulan DCI mencakup 44 perusahaan telekomunikasi, 134 perusahaan keuangan, dan beberapa perusahaan e-commerce terbesar di Asia. Saham Marina di DCI bernilai lebih dari USD1 miliar.
Tessa Wijaya
Tessa bergabung dengan startup pembayaran Xendit sejak 2016. Pada 2018, dia menjadi Chief Operating Officer (COO) dan dinobatkan sebagai salah seorang pendiri Xendit. Sebelum bergabung dengan Xendit, wanita berusia 40 tahun ini menghabiskan enam tahun di ekuitas swasta untuk mempelajari keterampilan yang menurut dia dapat membantu mengembangkan startup.
Pendiri Xendit Tessa Wijaya. Foto: Forbes/Xendit.
Xendit menjadi unicorn pada September setelah mengumpulkan USD150 juta dalam pendanaan seri C yang dipimpin oleh Tiger Global Management. Sukses di Indonesia, Xendit mulai memasuki pasar Filipina pada Desember lalu. Ke depan, Tessa berharap Xendit dapat memperluas pasar mereka ke Malaysia, Singapura, dan Vietnam dalam dua tahun ke depan dan menawarkan pinjaman modal kerja dalam waktu dekat.
Dari Januari hingga September 2021, startup tersebut membukukan total volume pembayaran sebesar USD10 miliar, naik hampir empat kali lipat dari periode yang sama tahun lalu. Sebagai advokat yang bersemangat untuk lebih banyak perempuan di bidang teknologi, Tessa memprakarsai program Women in Tech Indonesia, sebuah platform dengan perempuan pengusaha dan profesional teknologi berbagi pengalaman mereka dalam lokakarya dan forum digital. Apalagi saat ini, sebanyak 40 persen staf Xendit adalah perempuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id