Pada semester I-2021, industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar hingga 78,80 persen dari total ekspor nasional yang mencapai USD102,87 miliar.
"Pemerintah berupaya agar sektor industri dapat terus produktif dan berdaya saing, untuk dapat memenuhi permintaan pasar serta berkontribusi meringankan dampak pandemi terhadap perekonomian,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dilansir dari Antara, Minggu, 18 Juli 2021.
Selanjutnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), di tengah tekanan pandemi, ekspor industri pengolahan pada Juni 2021 mencapai USD14,08 miliar, meningkat 9,7 persen dari Mei 2021 yang angkanya USD12,83 miliar. Peningkatan ekspor tersebut diharapkan turut mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional.
Capaian ekspor sektor industri pengolahan pada Juni 2021 sebesar USD14,08 miliar itu berkontribusi 75,91 persen terhadap total ekspor nasional yang mencapai USD18,55 miliar.
Hal tersebut menandakan sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar dari kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan pada periode ini.
“Proporsi ekspor yang besar dari sektor industri pengolahan menunjukkan pergeseran ekspor Indonesia dari komoditas primer ke produk manufaktur yang punya nilai tambah tinggi.” lanjut Agus.
Sektor industri manufaktur dengan kinerja ekspor yang mendominasi ekspor di bulan Juni 2021 antara lain industri besi dan baja dengan nilai USD1,99 miliar, diikuti lemak dan minyak hewan/nabati USD1,89 miliar, mesin dan perlengkapan elektrik USD1 miliar, kendaraan dan bagiannya USD734,6 juta, serta karet dan barang dari karet USD605 juta.
Semakin baiknya kinerja ekspor pada paruh pertama 2021 mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD11,86 miliar
Karenanya, Agus bertekad untuk terus mempertahankan dan memperkuat potensi ekspor industri pengolahan dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri dari negara-negara kompetitor.
“Dengan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kompeten, hilirisasi di sektor industri perlu terus ditingkatkan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi dengan peluang pasar ekspor yang besar,” tegasnya.
Ia menyampaikan, strategi peningkatan ekspor dilakukan dengan memperluas pasar, termasuk ke negara-negara tujuan nontradisional, seperti Afrika, Asia Selatan, dan Eropa Timur. Selain itu, kerja sama ekonomi komprehensif serta perjanjian perdagangan bilateral dan regional perlu dioptimalkan meningkatkan akses pasar produk industri nasional.
”Sebagai contoh, dengan Indonesia Australia-Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia dapat meningkatkan ekspor sektor otomotif,” paparnya.
Di sisi impor, terjadi kenaikan impor dari USD14,23 miliar pada Mei 2021 menjadi USD17,23 miliar atau 21,03 persen di Juni 2021.
Sebesar USD13,04 miliar di antaranya atau 75,69 persen merupakan impor bahan baku/penolong serta USD2,55 miliar atau 14,77 persen adalah impor barang modal.
Peningkatan impor terbesar terdapat pada mesin dan peralatan yang mencapai USD506,8 juta, besi dan baja USD257,3 juta, plastik dan barang dari plastik USD195,7 juta, serealia USD192,7 juta, serta logam mulia, perhiasan emas/permata sebesar USD161,2 juta.
Kemenperin telah menargetkan penurunan impor pada 2021 sebesar 22,0 persen dari baseline total impor tahun 2019 sebesar USD132,14 miliar.
Dari target tersebut, persentase impor Januari-Juni 2021 sebesar USD82,22 miliar terhadap baseline impor 2019 yang sebesar 62,2 persen. Dengan demikian, angka penurunan impor saat ini adalah sekitar 28,8 persen.
Total impor bahan baku/penolong dan barang modal pada Januari-Juni 2021 mencapai USD82,22 miliar atau sekitar 62,2 persen dari baseline impor 2019.
Sementara target program substitusi impor pada tahun ini mencapai 22 persen dari total impor 2019, yakni sebesar USD103,7 miliar.
Dengan demikian, impor bahan baku/penolong hanya memiliki ruang sebesar USD21,5 miliar sampai akhir 2021 untuk menjaga target penurunan impor tercapai.
Peningkatan impor bahan baku/penolong menunjukkan sektor industri yang tetap menggeliat di tengah situasi pandemi. Hal ini juga menunjukkan keyakinan berusaha para pelaku industri sangat tinggi.
“Terlebih dalam delapan bulan terakhir, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di atas angka 50 atau di level ekspansif, yang menunjukkan bahwa sektor industri tetap optimistis,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
             Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
 
   
	 
                 
                 
                 
                 
                