Dalam survei yang dilakukan oleh Gallup menyatakan bahwa hanya 23 persen pegawai yang percaya pada pemimpinnya. Sementara itu hal lain juga ditemukan dalam survei yang dilakukan Forbes, yang menyatakan bahwa hanya 22 persen pemimpin yang percaya pada anak buah atau bawahannya.
“Menyikapi kondisi ini diperlukan adanya cara-cara baru kepemimpinan yang mengedepankan pada aspek pembelajaran pemimpin untuk mengelola resources, membangun kebersamaan dan kepercayaan, serta melakukan berbagai terobosan baru untuk memecahkan kebuntuan dalam organisasi,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 24 April 2024.
Maka dalam hal ini, Taufiq menilai, sekolah kepemimpinan memiliki peranan penting dalam mengakomodir gap kepercayaan tersebut. Ia menjelaskan, ada lima level kepemimpinan, pertama adalah leader by position, seorang pemimpin diakui kepemimpinannya dikarenakan posisi dan kedudukannya sebagai seorang pemimpin dalam organisasi.
Kedua, leader by permission, yaitu pada level ini terdapat hubungan baik antara pemimpin dan bawahan dan saling menikmati bekerjasama dalam organisasi tersebut. Ketiga leader by production, level ini seorang pemimpin telah memiliki pengalaman, capaian dan kredibilitas yang dapat menjadi panutan bagi mereka yang mengikutinya.
Baca juga: Kota-kota Ini Jadi Tujuan Teratas untuk Kerja Jarak Jauh, Ada Tokyo hingga Reykjavík |
Keempat people development, yaitu para anggota mengikuti pemimpin dikarenakan kemampuannya dalam membuka kesempatan bagi bawahan untuk berkembang lebih baik lagi. Terakhir, pinnacle, para anggota mengikuti pemimpin didasarkan pada kepribadian dan reputasi dalam mengembangkan potensi anggota dan organisasinya ke arah yang lebih baik.
“Oleh karenanya, esensi sekolah kepemimpinan amat dibutuhkan dewasa ini, karena pada dasarnya leaders are made, kepemimpinan dibentuk sedemikian rupa dari berbagai pembelajaran secara terus menerus mengenai bagaimana memimpin sebuah perubahan dalam organisasi,” ungkapnya.
Dalam perkembangan teknologi saat ini, Taufiq mengungkapkan, seorang pemimpin memiliki tantangan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, serta memanfaatkan peluang. Para pemimpin juga dituntut melakukan inovasi dan transformasi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Adapun PKN Tingkat I angkatan LX kali ini mengangkat tema 'Penguatan peran Kepemimpinan Nasional dalam Transformasi Tata Kelola Pemerintahan untuk Mewujudkan Visi Indonesia 2029'. Tema ini dinilai penting karena kepemimpinan memainkan peran krusial dalam proses transformasi organisasi.
“PKN Tingkat I angkatan LX ini diikuti oleh 40 peserta yang dilaksanakan dengan metode blended learning dengan memadukan pembelajaran secara klasikal dan nonklasikal dan mengedepankan experiential learning di tempat kerja masing-masing,” ujar Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi LAN Basseng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News