"Siapa tahu air hilang karena perubahan iklim, anomali cuaca dan cuaca ekstrim dan ramalan yang ada juga dibuat kalang kabut karena pemanasan global. Kalau enggak waspada dan enggak diperhatikan ini akan menjadi soal," kata Syahrul dalam acara apresiasi sumber daya pertanian yang dipantau secara virtual, Rabu, 22 Desember 2021.
Syahrul pun tak ingin dampak perubahan iklim yang ekstrem ini memengaruhi kontribusi ekspor produk pertanian terhadap pemulihan ekonomi. Hingga 2020, ekspor pertanian tercatat tumbuh 15,79 persen atau mencapai Rp451,8 triliun.
"Pertanian makin maju, makin mandiri sehingga kita jadi negara dua terbaik menghadapi covid-19. Ekspor kita nyumbang Rp451 triliun, bukan miliar ya, ini baru ekspor," ungkap dia.
Selain ekspor, impor produk pertanian juga akan terdampak perubahan iklim seperti komoditas kedelai. Selama ini Indonesia Indonesia paling banyak memasok kedelai dari Amerika Serikat (AS) untuk bahan baku industri tahu dan tempe.
"Kalau gara-gara climate change, mereka enggak bisa tanam terus enggak bisa kirim kedelai ke Indonesia mau makan apa kita," tambah Mentan.
Karena itu, lanjutnya, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memerhatikan kelestarian lingkungan. Beberapa pelaku yang berperan tersebut antara lain petani, penyuluh pertanian, widyaiswara, dosen, guru, P4S dan petani milenial.
"Mereka adalah pelaku yang langsung berhubungan dengan lapangan baik sebagai pelaku utama, pelaku usaha, pendamping maupun fasilitator," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id