Selain itu, kredit konsumer tumbuh sebesar 14,23 persen menjadi Rp20,94 triliun pada Juni 2023, dari posisi Rp18,33 triliun pada Juni 2022.
Plt. Direktur Utama Bank DKI Amirul Wicaksono menyampaikan kinerja positif ini didorong pertumbuhan penyaluran kredit secara year on year (yoy) pada seluruh segmen, dengan fokus pada bidang UMKM.
"Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada kredit ritel yang tumbuh 74,46 persen menjadi Rp1,43 triliun pada Juni 2023, dari posisi Rp821,54 miliar pada Juni 2022," kata Amirul.
Begitu pula dengan kredit skala lebih besar, seperti kredit menengah yang tumbuh 16,18 persen dari posisi Rp1,45 triliun pada Juni 2022 menjadi Rp1,68 triliun pada Juni 2023.
Sementara itu, segmen kredit komersial tumbuh 2,03 persen dari posisi Rp16,13 triliun pada Juni 2022 menjadi Rp16,45 triliun pada Juni 2023.
"Kredit sindikasi juga mencatatkan pertumbuhan 33,48 persen dari posisi Rp4,96 triliun pada Juni 2022, menjadi Rp6,62 triliun pada Juni 2023," katanya.
Penyaluran pembiayaan untuk segmen syariah juga tumbuh 10,19 persen, dari Rp7,09 triliun di Juni 2022 menjadi Rp7,82 triliun pada Juni 2023.
Peningkatan penyaluran kredit dan pembiayaan tersebut berdampak pada peningkatan aset Bank DKI sebesar 12,08 persen dari Rp73,17 triliun di Juni 2022 menjadi Rp82,00 triliun pada Juni 2023.
Amirul mengungkapkan, perseroan memprioritaskan pengelolaan risiko yang efektif, pengaturan portofolio kredit yang berorientasi pada segmen UMKM, dan pengawasan secara ketat untuk memastikan kualitas aset yang optimal.
Bank DKI melakukan mitigasi potensi risiko dengan menjaga coverage ratio sebesar 219,16 persen.
Hasilnya, rasio Non Performing Loan (NPL) Gross mengalami perbaikan. Dari sebelumnya 2,26 persen pada kuartal II-2022, menjadi 1,90 persen pada kuartal II-2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News