Agus menilai CREA punya agenda setting untuk jualan dengan cara memaparkan kajian tentang polusi udara. Isu polusi udara ini sendiri berhembus setelah Indonesia menandatangani transisi energi yang dikemas dengan JETP di acara G20.
"JETP yang terdiri dari negara maju, termasuk Finlandia dan Swedia, menjanjikan USD200 juta kepada Indonesia. Tapi mana buktinya? Enggak ada tuh," ketus Agus dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 21 September 2023.
Sebagai contoh, papar Agus, gambar pantauan satelit yang disampaikan CREA nyatanya hanya modeling. CREA mengklaim gambar tersebut merupakan hasil pengukuran sensor atau satelit yang valid.
"Berita ini menyesatkan bagi awam yang tidak melek penggunaan teknologi satelit," tutur Agus.
Baca juga: Pagi Ini, Kualitas Udara Jakarta Masuk Peringkat Ketiga Terburuk di Dunia |
Pengukuran IQAir tidak akurat
Sebelumnya, Agus yang juga merupakan pengamat kebijakan publik menyampaikan peletakan dan pemasangan alat pendeteksi polutan yang tidak sesuai dengan aturan tersebut mengakibatkan hasil pengukuran kualitas udara tidak akurat.
"Untuk di ruang publik seperti taman kota, trotoar jalan protokol, serta persimpangan jalur padat itu ada aturannya. Pemasangan alat monitoring polusi udara itu seharusnya ditempatkan berapa meter di atas tanah," ucap dia.
Agus menjelaskan, jika salah meletakkan sensor pendeteksi polusi, maka hasil pengukuran kualitas udara yang akan muncul juga salah. "Pasti hasilnya kualitas udara buruk, karena alatnya diletakkan sejajar dengan sumber polusi," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News