Pupuk Kaltim jajal produksi komoditas soda ash nasional. Foto: dok PKT.
Pupuk Kaltim jajal produksi komoditas soda ash nasional. Foto: dok PKT.

Menilik Potensi Produksi Soda Ash di Indonesia, Apa Itu?

Ade Hapsari Lestarini • 09 Mei 2023 15:06
Bontang: Setiap tahunnya, Indonesia masih harus mengimpor soda ash hingga hampir satu juta metrik ton. Bukan tanpa alasan, karena senyawa soda ash memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
 
Soda ash atau soda api adalah garam natrium dari asam karbonat yang mudah larut dalam air. Tak banyak yang mengetahui soda ash merupakan senyawa hasil industri petrokimia yang digunakan baik untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga.
 
Sebagai contoh, soda ash digunakan untuk bahan baku pembuatan kaca, keramik, tekstil, kertas, hingga aki. Sementara itu, untuk kegunaan rumah tangga, soda ash sering digunakan untuk pembuatan sabun dan detergen.

Di 2022, data mencatatkan impor soda ash untuk kebutuhan domestik mencapai 916.828 metrik ton per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,2 juta metrik ton per tahun di 2030. Namun sayangnya, hingga kini, untuk dapat memenuhi kebutuhan soda ash domestik, Indonesia masih bergantung pada impor.
 
Kondisi inilah yang dilihat sebagai peluang oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sebagai perusahaan petrokimia terdepan di Indonesia dan produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara yang siap menjajal produksi komoditas soda ash nasional dengan pembangunan pabrik baru yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur.
 
"Sebagai salah satu upaya PKT dalam menerapkan ekonomi sirkular, kami memanfaatkan produk sampingan CO2 yang dihasilkan dari pabrik amoniak existing untuk menghasilkan produk hilir yang memberikan nilai tambah," jelas Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 9 Mei 2023.
 
 
Baca juga: Begini Cara Pupuk Kaltim dan BUMN Berkolaborasi Bangun Perekonomian

 
Produksi soda ash akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik, juga amoniak sebagai by product pembuatan urea. Harapan perseroan, dengan kapabilitas yang ada, PKT akan memenuhi kebutuhan soda ash domestik dan mengurangi ketergantungan impor.
 
"Di tahap awal ini, kami siap memenuhi hingga 30 persen kebutuhan nasional atau mencapai 300 ribu metrik ton per tahun (MTPY)," ungkapnya.
 
Sementara dari segi target pasar, wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur diikuti oleh Riau, Sumatra Selatan, dan Sumatra Utara akan menjadi sasaran utama distribusi soda ash nantinya. Karena kebutuhan soda ash di wilayah ini diperkirakan mencapai hingga 789 ton per tahun untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca, keramik, detergen dan lain-lain.
 
Dengan dibangunnya pabrik soda ash ini, beban emisi CO2 perusahaan bukan hanya berkurang, tapi juga akan dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih bermanfaat untuk industri dan kebutuhan harian masyarakat dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular.
 
Pabrik soda ash milik PKT pun nantinya berpotensi untuk menyerap lebih lanjut ekses CO2 sekitar 170 ribu ton per tahun yang tidak berasal dari pembakaran (combustion) bahan bakar fosil, sesuai dengan prinsip Greenhouse Gas Emission (GGE).
 
"PKT sebagai pelaku industri petrokimia optimistis untuk membuka peluang produksi soda ash di Indonesia demi mengurangi ketergantungan impor kedepannya. Selain itu, rencana ini juga sejalan dengan target perusahaan menuju net zero emission di 2060, dengan pengolahan emisi dan ekses produksi dari pabrik dan menjadikannya sebagai komoditas baru bernilai tambah. Kami berharap inovasi ini dapat membantu PKT untuk semakin memimpin upaya transformasi industri petrokimia menjadi industri yang lebih hijau," ujar Rahmad.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan