Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan Biden yang diusung Partai Demokrat cenderung lebih formal dan sesuai prinsip multilateral. Ini dinilai menciptakan kepastian yang baik dalam relasi dagang dan investasi.
"Namun, di sisi negatifnya penekanan pada fair trade yang menyebabkan peningkatan kasus-kasus trade remedies yang dilakukan AS secara bilateral maupun multilateral terhadap Indonesia," kata Shinta kepada Medcom.id, Minggu, 8 November 2020.
Dengan Biden, Shinta menilai limited trade deal yang diusulkan Indonesia mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama atau perlu ditransformasikan kembali. Pasalnya Biden memiliki agenda tersendiri terkait kebijakan multilateralisme yang dijalankannya.
"Sehingga kemungkinan AS akan beralih menjadi lebih menyukai trade deal yang conform dengan aturan WTO seperti FTA atau CEPA," jelas dia.
Untuk itu, Shinta menambahkan Indonesia perlu terus memperbaiki iklim usaha dan investasinya. Sementara, perang dagang antara AS dengan Tiongkok tidak akan sepenuhnya berakhir karena Biden ingin menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negerinya.
"Semua tergantung pada daya tarik iklim usaha dan investasi Indonesia. Sementara konflik AS-Tiongkok dan negara-negara cenderung terus dipertahankan oleh Biden karena kebutuhan ekonomi internalnya sendiri, khususnya untuk job creation," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News