Dari jumlah tersebut, kontribusi ekspor melalui UMKM dinilai masih relatif rendah. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, sebanyak 65 juta UMKM hanya menyumbang 15 persen dari total nilai ekspor nasional. Kurangnya pengetahuan dan pemanfaatan teknologi terkait ekspor menjadi kendala rendahnya kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional tersebut.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyampaikan platform digital bisa menjadi katalisator yang baik bagi kinerja ekspor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Hal itu, karena terdapat fasilitas pada platform digital yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM," kata Nailul, dilansir dari Antara, Kamis, 2 Juni 2022.
Namun, lanjutnya, perlu dukungan lebih dari platform digital tersebut untuk melakukan pendampingan bagi pelaku UMKM, meskipun skala ekspornya masih terbilang kecil. "Tapi, saya rasa patut diusahakan ekspor UMKM melalui platform e-commerce," ujar Nailul.
Menurutnya, potensi pasar ekspor UMKM sangat besar jika dilihat dari potensi produksi domestik yang cukup besar. Namun, kondisi persaingan antara produk UMKM domestik dan produk global masih sangat timpang. "Produk UMKM kita kalah bersaing dengan produk global di beberapa sektor, meskipun ada pula yang bisa unggul seperti di kerajinan tangan, makanan dan minuman, dan sebagainya," ujar Nailul.
Ia menyebutkan kontribusi ekspor UMKM yang baru mencapai 15 persen dari total ekspor nasional, masih dapat ditingkatkan. Tantangan utamanya, lanjutnya, terdapat pada skala produksi, sisi harga, dan kualitas produk. "Tapi, memang tantangan terbesar di sisi skala produksi dan harga. Banyak pesanan, tapi dari sisi produksinya tidak dapat memenuhi dan relatif lebih mahal jadinya," ujar Nailul.
Untuk itu, menurut dia, sektor UMKM masih membutuhkan bantuan dan dorongan baik dari pemerintah maupun sektor usaha besar untuk melakukan penjajakan ekspor. Salah satu contohnya yakni dengan mengadakan pelatihan penambahan kapasitas produksi dan kualitas produksi.
Kemudian dari sisi akses pasar dengan lebih banyak penawaran produk UMKM di level pameran Indonesia di luar negeri hingga menjadikan perwakilan Indonesia di luar negeri sebagai pion ekspor produk UMKM. Selain itu, tambahnya, dari sisi pembiayaan juga dapat dilakukan peningkatan guna meningkatkan kapasitas produksi, mengingat pembiayaan UMKM masih sangat terbatas, sehingga produksinya belum dapat bersaing.
"Maka, perlu model pembiayaan alternatif bagi UMKM yang bisa dihasilkan oleh lembaga jasa keuangan nonbank. Kalau dari bank saya rasa sulit untuk memberikan model pembiayaan alternatif karena rigiditas dari sektor perbankan. Tapi, dari lembaga jasa keuangan nonbank saya rasa masih terbuka," pungkas Nailul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id