Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno. Foto: Medcom.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno. Foto: Medcom.

Kemenparekraf Siapkan Pemberian Insentif untuk Rumah Produksi Film

Antara • 05 Juli 2022 11:10
Jakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan urgensi pembuatan regulasi terkait pemberian insentif kepada production house (PH) atau rumah produksi lokal maupun asing, terutama yang membawa banyak kru film untuk syuting di Indonesia.
 
Sandiaga mengaku sudah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi terkait dengan pentingnya aturan tentang pemberian intensif tersebut.
 
baca juga: Sandiaga Minta Mahasiswa Ikut Berperan Jaga Kebangkitan Ekonomi

"Tentunya kita akan berkolaborasi dengan badan perfilman Indonesia melalui komisi film daerah, juga mungkin konsultan dan seluruh ekosistem yang terlibat," ungkap dia dalam Weekly Press Briefing dikutip dari Antara, Selasa, 5 Juli 2022.
 
Ia menyebutkan banyak dari PH asing maupun lokal yang mengeluh karena harus mengeluarkan biaya tinggi jika hendak syuting di Tanah Air. Misalnya, biaya pengamanan, biaya ketertiban, dan biaya kebersihan sehingga rumah produksi harus mengeluarkan biaya pembuatan film yang besar.
Beberapa negara seperti Inggris dan Amerika, kata dia, telah memiliki fasilitas studio, perlengkapan produksi, dan regulasi terkait dengan insentif di level provinsi maupun kota sebagai upaya mengundang minat kru dan produser film melakukan syuting.
 
"Seperti film Ngeri-Ngeri Sedap yang di-shoot di Danau Toba, Sumatera Utara, yang berdampak luar biasa pada pariwisata. Saya harapkan ini yang juga nanti bisa ditindaklanjuti dengan langkah kolaborasi agar lebih banyak lagi film-film dunia kelas internasional dan regional," ucap Menparekraf.
 
Beberapa hari terakhir, ramai tersiar kabar tentang film asal Amerika Serikat berjudul Ticket to Paradise yang menceritakan Pulau Bali dengan latar belakang di negara Australia.
 
Berdasarkan paparannya, ada sejumlah rumah produksi film yang meminta Menparekraf, termasuk dari PH Ticket to Paradise, untuk memfasilitasi syuting di Bali. Namun, kondisi pandemi covid-19 di Bali yang saat itu sedang tinggi dengan aturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mengakibatkan kegiatan syuting film sulit dilakukan.
 
Selain perihal perizinan, terdapat pula permintaan insentif untuk para pembuat film. Sandiaga mengaku pembahasan terkait dengan hal tersebut memerlukan kolaborasi antarkementerian/lembaga.
 
"Pada saat itu saya bilang kalau memfasilitasi dari segi kemudahan visa, kemudahan dari segi perizinan syuting, kami sanggup. Akan tetapi, kalau mengenai Covid-19, kami harus patuh terhadap keputusan Satuan Tugas (Satgas)," kata Sandiaga.
 
Setelah relaksasi kebijakan, sebagian dari PH akhirnya memutuskan syuting di Indonesia, seperti di Infinite Studios, Batam, Kepulauan Riau.
 
Meskipun film Ticket to Paradise ditayangkan dengan latar belakang Australia, lanjut Sandi Uno, Indonesia tetap memperoleh keuntungan karena sebenarnya yang dipromosikan adalah Bali.
 
"Sebagai contoh film Eat, Pray, and Love yang berlokasi syuting di kawasan Ubud, Bali, pada 2010 yang sukses ditayangkan di seluruh dunia. Tidak lama kemudian, kunjungan turis ke Bali, khususnya kawasan Ubud, meningkat tajam, terutama berkaitan dengan gastronomi karena di situ ada Ubud Food Festival dan lain sebagainya," kata dia.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(SAW)



LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif