Ilustrasi gas elpiji. Foto: dok MI/Immanuel.
Ilustrasi gas elpiji. Foto: dok MI/Immanuel.

Siap-siap, Minyak Dunia Bisa Bikin Harga Elpiji Ikut Terkerek

Eko Nordiansyah • 10 Desember 2021 20:13
Jakarta: Harga minyak dunia terus mengalami kenaikan sepanjang 2021 ini. Bahkan di Oktober 2021 harga minyak dunia mencatat rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir ini. Kenaikan harga minyak dunia tersebut diikuti oleh terkoreksinya harga elpiji yang menggunakan CP Aramco sebagai harga acuan global.
 
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menyampaikan perlu adanya koreksi harga terhadap elpiji non PSO/nonsubsidi di masyarakat. Sejak 2017, lanjut dia, tidak pernah ada penyesuaian harga untuk elpiji nonsubsidi, sementara harga beli elpiji terus mengalami kenaikan sejak 2017.
 
"Belum lagi kurs mata uang rupiah yang terdepresiasi oleh mata uang dolar AS. Hal ini membuat beban Pertamina semakin berat," ujar Mamit dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 10 Desember 2021.

Mamit menyampaikan, pada 2017 harga elpiji berdasarkan CP Aramco berada di angka USD578 per MT dengan kurs Rp13.450 per USD. Namun semenjak 2021 ini, harga elpiji mengalami kenaikan yang tinggi.
 
"Saat ini harga elpiji berdasarkan CP Aramco pada November 2021 sebesar USD847 per MT dengan kurs Rp14.200 per USD, jadi kenaikannya sudah mencapai 78 persen dari 2017 yang lalu. Sementara harga elpiji nonsubsidi masih bertahan," ungkapnya.
 
Menurut dia, pangsa pasar elpiji nonsubsidi saat ini hanya berada 7,5 persen dari total penjualan elpiji oleh Pertamina. Meskipun hanya sedikit, namun hal ini sangat berdampak terhadap keuangan Pertamina karena selisih harga yang begitu besar.
 
"Seharusnya karena elpiji ini merupakan nonsubsidi, maka seharusnya memang mengikuti harga pasar yang berlaku. Sama seperti BBM yang dijual oleh SPBU swasta yang menyesuaikan dengan naik turunnya harga minyak dunia," ujar dia.
 
Ia juga menyoroti elpiji nonsubsidi ini untuk golongan menengah ke atas. Hal ini membuat Pertamina menyubsidi orang mampu untuk elpiji nonsubsidi. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian harga untuk elpiji ukuran 5,5 kg dan 12 kg nonsubsidi. Selain itu, harga elpiji di Indonesia jauh lebih murah jika dibandingkan dengan negara tetangga.
 
"Untuk Vietnam, harga elpiji per November 2021 adalah sebesar Rp23 ribu per kg, Filipina sebesar Rp26 ribu per kg dan Singapura sebesar Rp31 ribu per kgnya. Jika dibandingkan dengan Indonesia yang berada di level Rp11.500 per kg," jelas dia.
 
Ia menambahkan, penyesuaian harga ini bisa mendorong penggunaan kompor induksi di masyarakat sesuai dengan program dari pemerintah dan PLN. Sedangkan untuk besaran kenaikan harga elpiji nonsubsidi, Mamit meminta agar tidak terlalu tinggi agar tetap membantu masyarakat.
 
"Saya kira kenaikan di Rp2.000 per kilogram masih bisa diterima oleh para pengguna elpiji nonsubsidi, apalagi pengguna elpiji nonsubsidi adalah masyarakat golongan menengah ke atas. Jadi tidak masalah dan tidak perlu ada gejolak terkait kenaikan harga elpiji nonsubsidi ini," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan