Ia mengatakan minimnya realisasi investasi dari UEA ini tidak sepenuhnya salah negara tersebut. Menurut dia, selama ini aturan di Indonesia cukup berbelit sehingga membuat investor menanamkan modalnya. Namun dengan reformasi struktural yang dilakukan pemerintah, Bahlil meyakini investasi dari UEA bisa tumbuh lebih tinggi.
"Harus jujur saya katakan investasi dari UEA ini masih di posisi 20 besar dan kami berusaha untuk menjadi lima besar. Caranya adalah awalnya memang aturan kita berbelit-belit jadi masalah bukan di mereka, kita juga bermasalah," kata dia dalam video conference, Kamis, 11 November 2021.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi asal UEA di Indonesia pada Januari-September 2021 sebesar USD7,8 juta. Sementara akumulasi realisasi investasi asal UEA di Indonesia sejak 2016 sampai dengan kuartal III-2021 mencapai USD250,7 juta dan berada di peringkat ke-27.
Bahlil optimistis ia bisa mencapai realisasi investasi dari komitmen mencapai USD44,6 miliar dari UEA hingga 2024 mendatang. Dari total komitmen investasi tersebut, beberapa sektor dilirik investor asal UEA seperti infrastruktur, pertanian, alat kesehatan, data center, hilirisasi pertambangan, hingga energi baru terbarukan (EBT).
"Ke depan UEA ini salah satu negara yang menurut saya terbuka sekali, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok. Kita enggak boleh menutup diri. Dan posisi UEA itu sangat strategis, sebagai salah satu negara yang ekonominya bagus, dan jaringan bagus dan secara kultur kita punya hubungan emosional," ungkapnya.
Ia menambahkan, karakter investor UEA berbeda dibandingkan dengan negara lain. Namun mereka akan sangat teliti, memiliki prinsip bisnis yang bagus, chemistry, hitungan bisnis, termasuk komitmen terhadap lingkungan sehingga bisa jadi gabungan dari negara yang selama ini berinvestasi di Indonesia.
"Kalau karakteristik dari Jepang itu kan susah, rumit di awal, tapi di akhir aman. Kalau Korea juga beda-beda tipis. Kalau Tiongkok gampang di depan, di belakang agak sedikit belok-belok. Kalau di Eropa itu lingkungan dulu, sama juga Amerika. Kalau UEA itu gabungan dari Amerika, Eropa, Tiongkok, Jepang, dan Korea," ujarnya.
"Ini gabungan, maka ini enggak gampang. Jadi mungkin ini butuh perpaduan. Jadi karakteristiknya gabungan dari beberapa negara yang selama ini jadi tujuan investasi negara lain di Indonesia," lanjut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News