Perayaan Hari Tempe Nasional. Foto: dok Forum Tempe Indonesia.
Perayaan Hari Tempe Nasional. Foto: dok Forum Tempe Indonesia.

Tempe Jadi Pangan Generasi Emas Indonesia

Ade Hapsari Lestarini • 07 Juni 2024 17:49
Balikpapan: Komoditas pangan tempe diharapkan dapat terus ditingkatkan baik secara kualitas dan variasi turunannya agar menarik bagi anak-anak dan generasi muda.
 
Hal ini terungkap saat puncak perayaan Hari Tempe Nasional di Sentra Industri Kecil Somber (SIKS), Kota Balikpapan, Kalimantan Timur yang ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Dukungan Penetapan Tempe sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO oleh Pejabat Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik.
 
Pj Gubernur Akmal Malik mengatakan Kalimantan Timur dijadikan pusat perayaan Hari Tempe Nasional dengan tema Pangan Generasi Emas Indonesia.

"Di sini ada perwakilan dari Bapanas (Badan Pangan Nasional), beliau yang mendapatkan tugas makan siang gratis, jangan lupa ya harus ada tempenya. Makan bergizi karena dia superfood. Nah, minimal nanti di Pemprov Kalimantan Timur kita akan ada tempenya. Tentunya akan ada orkestrasi dari Bapanas, karena setahu saya Bapanas yang akan ditugaskan untuk itu," ungkap Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik, sekaligus Pembukaan Perayaan Hari Tempe Nasional.
 

Tempe sebagai pangan generasi emas


Guru Besar IPB University Profesor Ahmad Sulaeman menilai tempe sangat layak menjadi kebanggaan, bahkan pencanangan tempe sebagai pangan generasi emas tepat dan sangat memerlukan dukungan seluruh pihak.
 
"Target Presiden untuk mengatasi stunting sudah turun dari 30 persen menjadi 21 persen dari target 14 persen pada 2024, bahkan dibeberapa wilayah sudah tercapai targetnya. Ini penting untuk menuju Indonesia Emas 2045, untuk itu tema kita hari ini dalam perayaan Hari Tempe nasional sangat tepat yakni, Tempe: Pangan Generasi Emas Indonesia. Karena tempe sebagai superfood bahkan lebih lengkap dari pangan hewani. Bahkan bukan hanya baik untuk tumbuh kembang anak, tapi juga untuk yang dewasa terutama ibu-ibu juga dalam menghadapi kehamilan dan masa menopouse, tempe adalah jawabannya," ungkap Profesor Pakar Keamanan Pangan, Ahmad Sulaeman.
 
Hari Tempe Nasional yang dirayakan pada 6 Juni ini sejak 2014 ini untuk kali pertama diselenggarakan di luar pulau Jawa. Balikpapan menjadi istimewa dan dipilih oleh stakeholder tempe karena Pemerintah Kota Balikpapan memang salah satu yang menyiapkan area khusus seluas sembilan hektare untuk sentra industri kecil, khususnya tempe dan tahu secara optimal.
 
Bukan hanya melokalisir area, tapi infrastruktur pendukung pun disiapkan dan memperhatikan konsep industri yang berkelanjutan (sustainability), baik pengolahan limbah dan fasilitas pendukung lainnya. Hampir 100 pengrajin tempe dan tahu tercatat berproduksi di SIK Somber ini.
 
 
Baca juga: Tempe Jadi Pangan Sehat, Siap Masuk Daftar Warisan Budaya UNESCO

 
"Kami sudah memulai sejak 2000, ya 24 tahun lalu ketika ada sedikit permasalahan di masyarakat dengan para perajin tempe dan tahu, hingga akhirnya saat ini hampir 100 perajin bisa kita pusatkan di sini. Walaupun masih ada 15 persen perencanaan yang belum selesai, tapi kami terus berusaha menyelesaikan terutama untuk pengolahan limbah," ungkap Kepala Dinas KUMKMP Kota Balikpapan Ressandy Kesuma.
 
Lebih dari 200 anak-anak sekolah dasar dari Kota Balikpapan juga ikut serta dalam perayaan hari ini, mereka diberikan edukasi dengan melihat langsung proses produksi tempe, pengolahan limbah hingga diajarkan pentingnya sustainability atau keberlanjutan. Mereka juga mendapatkan kesempatan membuat tempe secara instan oleh instruktur dari Tempeland yang memberikan paket dan panduan pembuatan tempe sebagai edukasi dan pengalaman mendekatkan generasi emas dengan tempe.
 

Budaya tempe resmi diajukan ke Sekretariat UNESCO


Perayaan Hari Tempe Nasional kali sedikit berbeda karena budaya tempe telah resmi diajukan oleh komunitas melalui Kemendikbudristek ke Sekretariat UNESCO untuk masuk dalam kategori Representative List of Intangible Cultural Heritage of humanity atau Daftar Representative Warisan Budaya Takbenda untuk kemanusiaan, pada akhir maret lalu, untuk diproses lebih lanjut.
 
"Selamat Hari Tempe 2024, semoga menjadi spesial bagi seluruh stakeholder tempe dan semua pecinta tempe, bahkan Bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena akhir Maret yang lalu seluruh dokumen dari tim pengusul telah kami ajukan ke UNESCO. Tinggal menunggu untuk dibahas oleh Sekretariat Konvensi 2003 UNESCO. Kami optimistis budaya tempe akan menambah daftar warisan budaya takbenda dari Indonesia yang ada di UNESCO. Kita berdoa semoga dengan masuknya Budaya Tempe dalam daftar UNESCO ini dapat terus memberikan manfaat bukan hanya bagi masyarakat Indonesia tapi dunia," ungkap Direktur Pelindungan Kebudayaan-Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikburistek Judi Wajudin, melalui pesan daring kepada penyelengara acara Hari Tempe Nasional.
 
Terkait pengajuan tersebut Forum Tempe Indonesia sebagai salah satu tim inisiator terus berharap seluruh dukungan masyarakat agar tempe terus lestari dan semakin mendunia.
 
"Sebelum kemudian nanti tempe akan mendunia, saat ini kami mencanangkan tempe sebagai Pangan Generasi Emas Indonesia untuk mengangkat kembali tempe di mata generasi muda. Mereka sangat perlu mendapatkan informasi yang tepat agar melihat tempe bukan sebagai camilan murahan, tapi justru sebagai pangan superfood yang bisa mengatasi berbagai kebutuhan gizi dan permasalahan kesehatan. Perlu dukungan seluruh pihak agar tempe sebagai warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita ini menjadi kebanggan bangsa dan mendunia," jelas Sekjen Forum Tempe Indonesia Muhammad Ridha.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan