Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani. Foto: Dok Medcom.id
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani. Foto: Dok Medcom.id

Isu Boikot Produk Israel Banyak Dimanfaatkan untuk Cari Untung

Eko Nordiansyah • 13 Maret 2024 20:08
Jakarta: Istilah perusahaan terafiliasi yang terus didengungkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam seruan boikotnya terhadap produk-produk Israel hingga memasuki bulan Ramadan ini membuat bingung masyarakat. Apalagi MUI menyerahkan sepenuhnya nama dari produk-produk itu ke masing-masing masyarakat.
 
“Semua pengusaha sama dengan MUI. Kita juga mengutuk kejahatan terhadap kemanusian atau genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Posisi kita sudah jelas,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani dilansir, Rabu, 13 Maret 2024.
 
Ia mengatakan sikap MUI yang menyerahkan daftar dari produk-produk terafiliasi Israel kepada masing-masing individu masyarakat untuk memprosesnya itu justru banyak dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan pesaingnya.

“Nah, yang terjadi di lapangan justru ada pihak- pihak tertentu yang memanfaatkan situasi ini dengan mengeluarkan suatu list. Inilah  kemudian yang menjadi masalah besar di kalangan pengusaha dan tenaga kerja juga,” ungkapnya.
 
Di sektor  hotel dan restoran, ia menyebut, keluarnya daftar-daftar produk boikot itu sudah menyebabkan penurunan pendapatan antara 25 hingga 70 persen tergantung lokasinya. Bahkan sampai dengan Desember lalu, ada seribu orang yang terpaksa di-PHK karena memang turunnya sangat luar biasa
 
Ia menegaskan semua perusahaan multinasional yang ada di Indonesia sudah menyatakan tidak ikut dalam permasalahan geopolitik yang terjadi di Gaza. Apalagi, kata Haryadi, mereka hanya pemegang lisensi  di Indonesia atau franchise yang sudah berinvestasi banyak di Indonesia.
 
“Jadi, kalau sampai head office-nya macam-macam, mereka pasti akan komplain berat. Jadi, yang kita ingin luruskan bahwa jangan sampai nanti gerakan kita mengkategorikan terafiliasi (bila tidak) dengan tidak berhati- hati, ini bisa merugikan kita sendiri,” ujar dia.
 
Baca juga: Simak, Ini Ciri Kurma Asal Israel dan Mereknya yang Masuk Daftar Boikot

 
Haryadi juga melihat isu-isu boikot ini sudah dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk persaingan dagang. Padahal menurut Haryadi, perusahaan multinasional itu mempunyai standing point yang sama, yaitu menentang terhadap pelanggaran HAM.
 
“Kami juga monitor kenapa kok ini konsisten terus boikot-boikot ini. Perlu kita antisipasi bahwa ada juga pemain lokal yang memanfaatkan untuk menghajar saingannya. Ini kita cek buzzer-buzzer-nya. Jadi, ada yang memanfaatkan dalam hal persaingan dan ini perlu kita lihat juga secara bijak,” ungkapnya.
 
Ia juga menyayangkan situasi yang sudah mulai membaik saat ini, tidak lagi diganggu dengan adanya isu boikot ini. Menurutnya, yang namanya korporasi itu mereka tidak ada sama sekali kepentingan dengan preferensi politiknya.
 
“Kita harus luruskan dan juga sudah meminta teman-teman untuk juga  melakukan edukasi. Mudah-mudahan dalam situasi yang seperti ini masyarakat juga sudah bisa lebih memilah- memilah informasi yang ada,” ujar dia.
 
Sebelumnya, Ekonom Mumtaz Foundation Nurizal Ismail juga menyatakan hal senada. Menyikapi konflik yang terjadi di jalur Gaza, ia menyuarakan agar masyarakat Indonesia lebih bijaksana dengan tidak melakukan hal-hal yang justru merugikan bangsa sendiri seperti halnya aksi boikot terhadap produk-produk tertentu.
 
“Jadi, kita perlu pintar-pintar untuk membaca kembali. Tidak hanya secara emosional kita muncul langsung boikot. Kita harus membaca kembali, merinci kembali secara jelas, sehingga  tidak merugikan orang banyak,” katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan