Jakarta: Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memperkirakan setoran hulu migas ambles sebesar 50 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Hal ini diakibatkan oleh tergerusnya kinerja sektor hulu migas imbas pandemi covid-19.
Dalam APBN 2020, SKK Migas membidik penerimaan dari hulu migas sebesar USD14,46 miliar dengan asumsi harga minyak (ICP) sebesar USD63 per barel. Kemudian lifting minyak sebesar 775 ribu barel per hari (bph) dan gas 1.191 juta barel setara minyak per hari (boepd).
Dari target tersebut, realisasi setoran hulu migas ke negara hingga Mei 2020 baru sebesar USD4,10 miliar. Karenanya, potensi kehilangan penerimaan negara di sektor hulu migas diperkirakan mencapai USD2,97 miliar.
"Pendapatan negara untuk outlook 2020 menjadi USD5,86 miliar," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 18 Juni 2020.
Dwi menjelaskan harga minyak ikut terjun bebas lantaran melemahnya permintaan di tengah melimpahnya pasokan. Perkiraan ICP akan berada di level USD38 per barel, maka penerimaan negara berpotensi hilang sebesar USD4,95 miliar.
"Penyesuaian harga gas bumi untuk sektor industri tertentu dan kelistrikan juga membuat penerimaan hulu migas hilang sebesar USD0,68 miliar," ungkap dia.
Mantan Direktur Utama Pertamina itu menambahkan pendapatan kontraktor (contractor share) juga mengalami penurunan dari target di APBN sebesar USD7,6 miliar. Realisasinya hingga Mei sebesar USD2,17 miliar dengan perkiraan di akhir tahun sebesar USD3,89 miliar.
Begitu pula dengan target cost recovery di APBN USD10,02 miliar. Hingga Mei, realisasinya baru sebesar USD3,53 miliar dan perkiraan hingga akhir tahun sebesar USD8,12 miliar.
Dalam APBN 2020, SKK Migas membidik penerimaan dari hulu migas sebesar USD14,46 miliar dengan asumsi harga minyak (ICP) sebesar USD63 per barel. Kemudian lifting minyak sebesar 775 ribu barel per hari (bph) dan gas 1.191 juta barel setara minyak per hari (boepd).
Dari target tersebut, realisasi setoran hulu migas ke negara hingga Mei 2020 baru sebesar USD4,10 miliar. Karenanya, potensi kehilangan penerimaan negara di sektor hulu migas diperkirakan mencapai USD2,97 miliar.
"Pendapatan negara untuk outlook 2020 menjadi USD5,86 miliar," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 18 Juni 2020.
Dwi menjelaskan harga minyak ikut terjun bebas lantaran melemahnya permintaan di tengah melimpahnya pasokan. Perkiraan ICP akan berada di level USD38 per barel, maka penerimaan negara berpotensi hilang sebesar USD4,95 miliar.
"Penyesuaian harga gas bumi untuk sektor industri tertentu dan kelistrikan juga membuat penerimaan hulu migas hilang sebesar USD0,68 miliar," ungkap dia.
Mantan Direktur Utama Pertamina itu menambahkan pendapatan kontraktor (contractor share) juga mengalami penurunan dari target di APBN sebesar USD7,6 miliar. Realisasinya hingga Mei sebesar USD2,17 miliar dengan perkiraan di akhir tahun sebesar USD3,89 miliar.
Begitu pula dengan target cost recovery di APBN USD10,02 miliar. Hingga Mei, realisasinya baru sebesar USD3,53 miliar dan perkiraan hingga akhir tahun sebesar USD8,12 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id