Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Foto: Medcom.id/Desi Angriani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Foto: Medcom.id/Desi Angriani.

Mentan Bantah Cari Keuntungan Komersial di Kalung Eucalyptus

Ilham wibowo • 08 Juli 2020 11:36
Jakarta: Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo tegas membantah pihaknya mencari keuntungan komersial dari produk inovasi antivirus berbasis eucalyptus yang dikemas dalam bentuk kalung. Produk tersebut merupakan hasil keterpanggilan ikut berpartisipasi dalam penanganan covid-19 lantaran memiliki fasilitas yang memadai.
 
"Ayo dong sama-sama, kita tidak ada pikiran untuk cari nama di sini, memang tugas kita di Litvet," kata Syahrul, usai penandatanganan MoU bersama PB IDI di kantor Kementan, Jakarta, Rabu, 8 Juli 2020.
 
Fasilitas penelitian virus di Kementan tersebut merupakan peninggalan masa kolonial Belanda di Indonesia yang kini berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan). Unit ini bertahun-tahun meneliti virus yang biasanya menyebabkan penyakit pada hewan dan tumbuhan serta mencegah efek negatif virus itu pada manusia.

"Balai ini sejak Belanda, ada laboratorium yang meneliti virus, lembaga peneliti ada, profesor ada 300 lebih, ahli virus juga banyak, virus korona kami punya bahkan sudah teliti di H5N1 dan lain lain," ungkapnya.
 
Syahrul juga membantah Kementan menjadi tidak fokus mengurusi produksi pangan lantaran kalung aromaterapi eucalyptus ini. Selain tak adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang spesifik untuk menciptakan antivirus covid-19, produk hasil penelitian juga telah dilisensikan dan pihak industri yang akan produksi massal.
 
"Kita tidak mencari keuntungan di sini, kita tidak produksi, hak paten (royalti) saja itu ada buat peneliti dan itu sesuai aturan," kata mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini.
 
Syahrul mengaku heran banyak pihak yang mencela karya anak bangsa di kalung eucalyptus ketimbang produk buatan luar negri yang belum tentu punya khasiat menyehatkan. Polemik kalung eucalyptus tersebut bahkan baru ramai diperbincangkan setelah tiga bulan peluncuran resminya pada 8 Mei 2020.
 
Terkait kolaborasi Kementan dengan PB IDI, Syahrul mendorong agar uji klinis bisa dilakukan untuk mengetahui khasiat minyak eucalyptus sebagai antivirus. Ia bakal menerima keputusan apapun dari seluruh hasil penelitian lanjutan tersebut.
 
"Ini hari saya pakai, saya berharap mudah-mudahan uji klinis ini dipercepat dan apapun hasilnya, bantu negara ini," tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan