Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi. Foto: dok MI/Amiruddin Abdullah Reubee.
Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi. Foto: dok MI/Amiruddin Abdullah Reubee.

Perpanjangan GSP untuk Indonesia Dongkrak Produk Ekspor Unggulan

Marcheilla Ariesta • 02 November 2020 21:55
Washington: Amerika Serikat memutuskan untuk memperpanjang Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia pada 30 Oktober lalu. Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi menuturkan perpanjangan GSP ini merupakan bukti hubungan Indonesia-AS yang semakin baik.
 
"Fasilitas GSP ini sangat penting dalam membantu agar produk-produk ekspor unggulan Indonesia dapat terus kompetitif di pasar AS yang sudah dikenal memiliki tingkat persaingan tinggi," kata Lutfi dalam pengarahan pers secara virtual, Senin, 2 November 2020.
 
"Selama ini, AS merupakan pasar ekspor non-migas terbesar kedua di dunia bagi Indonesia," imbuhnya.

Ia mengatakan GSP ini menghadirkan optimisme baru untuk peningkatan kerja sama bisnis kedua negara. Selain untuk menggenjot perdagangan dua arah, investasi akan terkena dampak baik dari keputusan tersebut.
 
Pada 2019, kata Lutfi, ekspor Indonesia dengan fasilitas GSP nilainya mencapai USD2,61 miliar, atau setara dengan 13,1 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia ke AS yang jumlahnya USD20,1 miliar.
 
Untuk periode Januari-Agustus 2020, naik 10,6 persen menjadi USD1,87 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.
 
"Usai mendapatkan perpanjangan GSP, langkah yang akan segera kita lakukan adalah menyusun road plan dengan fokus pada skema 5+7+5," serunya.
 
Skema 5+7+5 diartikan lima produk utama, tujuh produk potensial, dan lima produk strategis. Produk utama seperti apparel, produk karet, alas kaki, elektronik dan furnitur, sedangkan produk potensial yakni kayu, travel goods, produk kimia, perhiasan, mainan, rambut artifisial, dan kertas. Sementara lima produk strategis, yaitu produk mesin, plastik, suku cadang otomotif, alat optik dan lain sebagainya.
 
Selama ini, dari 3.572 pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP, baru 729 pos tarif atau praktis hanya sebesar 20,4 persen yang menggunakan tarif nol persen ke pasar AS. Sisanya, hampir 80 persen belum dimaanfaatkan.
 
"Terkait hal ini, KBRI Washington DC bersama kementerian terkait di Tanah Air dan Kadin Indonesia, khususnya Kadin Indonesia Komite AS (KIKAS) akan segera melakukan program sosialisasi yang intensif kepada eksportir Indonesia agar mereka dapat mengoptimalkan preferensi tarif ini," ujarnya.
 
Menurutnya, pos-pos tarif GSP banyak diproduksi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, seperti mebel, perhiasan perak, tas tangan, pintu kayu, dan sebagainya. GSP, imbuhnya menjadi insentif yang tepat bagi produk-produk primadona Indonesia, termasuk sektor UMKM, untuk bersaing di pasar AS.
 
Lutfi menambahkan pemerintah Indonesia juga memproyeksikan dinaikkannya status GSP menjadi Limited Trade Deal (LTD) agar volume perdagangan dua arah Indonesia dan AS bisa meningkat dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan