Dia mengatakan surplus perdagangan Agustus 2021 yang sebesar USD4,74 miliar itu didukung oleh tiga hal yaitu peningkatan ekspor produk manufaktur sebagai komoditas utama, tren peningkatan komoditas, dan peningkatan impor negara mitra dagang.
"Jadi kalau kita lihat dari sektor manufaktur yang tumbuh bulan per bulannya adalah produk kertas HS48 sebesar hampir 20 persen, produk kimia HS38 naik sebesar 17,1 persen, dan kendaran bermotor HS87 naiknya sebesar 16,16 persen," kata Lutfi, dalam sebuah konferensi pers virtual, Jumat, 17 September 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sementara untuk ekspor komoditas utama Indonesia yang menyumbang dalam neraca perdagangan Agustus 2021 antara lain bersumber dari ekspor CPO sebesar 61,6 persen, produk timah sebesar 56,29 persen, dan bijih logam sebesar 40,99 persen.
Lutfi menjelaskan magnitude penguatan ekspor komoditas semakin besar sejalan dengan tren harga komoditas yang juga tumbuh baik pada Agustus 2021. Dia menyebutkan harga CPO naik 55,8 persen secara tahunan (year on year/yoy), dan harga timah naik 72,7 persen yoy.
Dari sisi permintaan, pemulihan ekonomi di sejumlah negara juga menjadi faktor peningkatan ekspor. "Kita juga melihat sangat penting kegiatan dan pemulihan ekonomi di negara-negara ekspor utama kita, misalnya, Tiongkok pada Agustus ini tumbuh 33,1 persen yoy, India tumbuh impornya 51,5 persen yoy, dan Vietnam impornya tumbuh 21 persen yoy," jelasnya.
Lebih lanjut, Lutfi menambahkan, pada periode Januari hingga Agustus 2021 ekspor dan impor Indonesia sama sama mencatatkan pertumbuhan signifikan. Ekspor tumbuh 37,7 persen dan impor tumbuh 33,36 persen "Penguatan kinerja ekspor dan impor ini merupakan salah satu indikasi penting pemulihan ekonomi Indonesia secara baik," pungkasnya.