Toto melihat ini disebabkan dari kombinasi pengelolaan perusahaan yang tidak terlalu bagus pada periode-periode sebelumnya. Menurut Toto, PT Garuda Indonesia memiliki struktur biaya untuk leasing pesawat yang terlalu mahal.
Armada fleet yang terlalu beragam juga membuat biaya maintenance relatif lebih mahal. Kemudian, rute long distance internasional yang load factorsnya rendah ternyata membuat cukup banyak kerugian. Sedangkan, PT Garuda Indonesia malah kekurangan pesawat pada rute regional yang pasarnya dikatakan lebih gemuk.
"Itu hal-hal di masa lalu yang kemudian menimbulkan tekanan kerugian," kata Toto dalam tayangan Metro Pagi Primetime di Metro TV, Sabtu, 30 Oktober 2021.
Kondisi di masa lalu tersebut diperparah dengan hadirnya pandemi covid-19 pada dua tahun terakhir. Toto menjelaskan, pandemi memang memberikan dampak tekanan yang cukup tajam terhadap dunia penerbangan.
Jika perbaikan dari sisi demand dan load factors tidak bisa dinaikkan menurut Toto, PT Garuda Indonesia akan tetap dalam kondisi merugi. Namun, Toto optimistis kondisi PT Garuda Indonesia akan membaik mengingat PPKM telah dilonggarkan dan travel haji serta umrah sudah mulai dibuka.
"Pelonggaran PPKM signifikan meningkatkan load factors karena rute-rute gemuk sudah mulai meningkat cukup tajam,” ujar Toto.
Toto berharap kondisi ini bisa kembali ke normal seperti sebelum pandemi covid-19. Selain itu, kondisi sekarang juga diharap dapat membuat captive market PT Garuda Indonesia bisa tumbuh kembali.
"Harapannya captive market Garuda mulai bisa tumbuh kembali dan kondisi bisa back to normal, mudah mudahan bisa seperti itu," ucap Toto. (Widya Finola Ifani Putri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News